Cari Blog Ini

Sunday, 28 September 2014

Intensive Care Unit (ICU)

INTENSIVE CARE UNIT (ICU) DAN PASIEN KRITIS

Gambar Perawatan Pasien Kritis di ICU (Sumber gambar: http://medicalsurgical.blogspot.com)


Intensive care unit atau unit perawatan intensif adalah salah satu bagian dari unit ruang perawatan pasien yang ada di Rumah Sakit yang khusus merawat pasien dengan kondisi kritis. Ruangan ini dilengkapi dengan berbagai tim medis termasuk perawat didalamnya yang sudah mendapatkan keahlian khusus dalam menangani pasien dengan kondisi kritis. Selain itu juga dilengkapi dengan berbagai peralatan-peralatan khusus untuk penatalaksanaan terapi dan bantuan hidup pasien yang sebagian tidak ditemukan di unit-unit ruang perawatan yang lain. Hal ini sesuai dengan konsep definisi dari University of California Davis Health System (2009) bahwa ICU merupakan unit yang merawat pasien dengan penyakit kritis yang mengalami kegagalan akut satu atau lebih organ vital yang dapat mengancam jiwa dalam waktu dekat dan pasien dengan post operasi mayor yang memerlukan propilaksis monitoring ketat, sehingga memerlukan staff khusus dan peralatan khusus. Penggunaan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien kritis yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa juga tertera dalam Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit Kep.Menkes RI nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010.
Menurut Hyzy (2010) karakteristik pelayanan keperawatan kritis di unit perawatan intensif adalah kecepatan respon pelayanan terhadap pasien dengan kondisi kritis dan ketenagaan yang terdiri dari interdisiplin keilmuan kesehatan dengan kualifikasi dan pelatihan khusus perawatan intensif. Kecepatan dalam merespon kondisi pasien penting diterapkan pada semua tim kesehatan yang terlibat dalam tatanan pelayanan ICU, karena mengingat pasien yang dirawat di ruang ICU kondisinya kritis dan bisa mengancam nyawa. Kolaborasi interdisiplin tim kesehatan juga sangat diperlukan disini karena kompleksnya permasalahan penyakit yang dialami oleh pasien yang dirawat di ruang ICU.
Ruang ICU juga harus dilengkapi dengan perawat yang berkualifikasi ICU atau yang sudah mendapatkan pelatihan khusus perawatan intensif sebagai karakteristik pelayanan di ICU. Perawat di ICU mempunyai beberapa tugas yang berbeda dengan di unit perawatan biasa, antara lain memberikan bantuan hidup dasar pada pasien kritis sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, memonitor secara ketat keadaan pasien dan mencegah kemungkinan komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi. Rab (2007) mengklasifikasikan perawat ICU kedalam beberapa kriteria, yaitu perawat yang telah mendapatkan pelatihan perawatan intensif lebih dari 12 bulan ditambah dengan pengalamannya, perawat yang telah tersertifikasi perawatan kritis, dan perawat yang mampu sebagai trainer bagi perawat dibawahnya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.
Berbagai peralatan khusus juga disediakan di ICU untuk mendukung penatalaksanaan terapi pasien kritis. Peralatan-peralatan tersebut antara lain bed site monitor, blood gas analysis on site, central monitor di nurse station, trolly emergency, alat resusitasi, mesin EKG, oxygen and suction central, defibrillator dan mesin ventilasi mekanik. Menurut Rab (2007) pada prinsipnya alat tersebut berfungsi sebagai alat monitoring dan alat bantu penatalaksanaan terapi pada pasien kritis.
Gambar Peralatan di Ruang ICU (Sumber gambar: http://www.mitrakeluarga.com)
Klasifikasi Pasien yang Membutuhkan Perawatan Kritis
Departemen Kesehatan Inggris (2000) dalam Comprehensive Critical Care yang dikutip oleh Jevon & Ewens (2009) mengklasifikasikan pasien yang membutuhkan perawatan kritis kedalam empat tingkatan yaitu tingkat nol, pertama, kedua dan ketiga. Hal ini juga sesuai dengan pengklasifikasian yang ditetapkan oleh Kemp et al (2011) dalam Intensive Care Society. Pengklasifikasiannya tersebut antara lain:
1.      Tingkat nol, dimana kebutuhan pasien dapat terpenuhi dengan perawatan dalam ruang perawatan normal di Rumah Sakit yang menangani kondisi akut.
2.   Tingkat pertama, untuk pasien beresiko memburuk kondisinya atau yang baru dipindahkan dari tingkat perawatan level diatasnya yang kebutuhannya dapat dipenuhi di ruang perawatan akut dengan bantuan perawat kritis.
3.   Tingkat kedua, untuk pasien yang membutuhkan monitoring dan intervensi yang lebih kompleks seperti halnya pasien dengan kegagalan salah satu sistem organ atau lebih atau pascaoperasi.
4.   Tingkat ketiga untuk pasien dengan kegagalan multi organ dengan bantuan kompleks termasuk bantuan pernapasan.
Sedangkan menurut Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Indonesia Nomor: HK.02.04/I/1966/11 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit bahwa kriteria pasien yang bisa masuk untuk dirawat di ruang intensif adalah:
1.   Golongan pasien prioritas satu
Golongan ini merupakan pasien kritis yang tidak stabil memerlukan terapi intensif dan tertitrasi seperti alat bantu ventilasi, alat penunjang fungsi organ atau sistem lain, infuse obat-obat vasoaktif/inotropik serta pengobatan lainnya secara kontinyu tertitrasi.
2.   Golongan pasien prioritas dua
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan peralatan canggih di ICU, sebab sangat beresiko jika tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter.
3.   Golongan pasien prioritas tiga
Pasien golongan ini adalah pasien kritis yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuhnya kecil


DAFTAR PUSTAKA

Jevon, P & Ewens, B. 2009. Pemantuan Pasien Kritis. Edisi Kedua. Alih Bahasa: Vidhia Umami. Jakarta: Erlangga Medical series

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor: HK.02.04/I/1966/11 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit. Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor: 1778/Menkes/SK/XII/2010, Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit. Jakarta

Kemp, P., et al. 2011. What is Intensive Care?. London: The intensive Care Society. Available at January 20, 2013. URL: http://www.ics.ac.uk/patients___relatives/what_is_intensive_care_

Rab, T. (2007). Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: PT Alumni.

University of California Davis Health System. 2009. Critical Care Service. California. Documentation Notice, CPT Codes 99291 – 99292.


NUMPANG SHARE:

Berita gembira untuk para pengguna android, saat ini android menyediakan aplikasi whaff di google play. Apakah aplikasi Whaff rewards tersebut? aplikasi tersebut adalah aplikasi yang dapat memberikan recehan dollar bagi pengguna aplikasi terserbut. Kenapa tidak..ketika kita menginstal aplikasi tersebut aja dengan login dan memasukan kode kunci untuk start aplikasi kita sudah mendapatkan 0.30$. Recehan dollar akan kita dapat kembali jika kita mendownload dan menginstal games atau aplikasi yang tersedia di whaff tersebut dengan besaran yang diperoleh sekitar 0.05$. semakin banyak mendownload aplikasi dan memainkan aplikasi yang disediakan di whaff tersebut, recehan dollar akan semakin terkumpul. Dollar tersebut dapat diuangkan melalui sistem Paypal. Proses penguangan menggunakan paypal sangat mudah, bisa anda cari di internet. Cara mendownload dan menginstal aplikasi whaff adalah sebagai berikut:

1.Klik Play Store
2.Search Whaff Reward
3.Download 
4.Login Via Facebook
5.Setelah Login Akan Di Suruh Masukin Kode, Masukin kode BS75512 Maka Akan Mendapatkan Bonus 0.30$
6.Download Applikasi Yang Tersedia Di Whaff, Setiap Aplikasi Dihargai "$" Berbeda Beda
7.Kumpulkan MINIMAL PAYOUT 10$ baru bisa diuangkan lewat paypal


Cobalah tidak akan merugi

Friday, 19 September 2014

Siaga Bencana


PELATIHAN SIAGA BENCANA


Siaga bencana merupakan suatu kondisi kesiapsiagaan warga dalam menghadapi potensial bencana yang mungkin akan muncul di suatu daerah. Bencana itu sendiri pada intinya menurut Undang-undang no 24 tahun 2007 merupakan suatu peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat karena alam, non alam dan faktor manusia sehingga bisa timbul korban korban jiwa, kerusakan lingkungan, hilangnya harta benda dan dampak psikologis. Kesiapsiagaan warga terhadap bencana dapat optimal ketika dalam warga tersebut sudah menerapkan prinsip penetalaksanaan pra bencana yaitu dengan pengkajian resiko bencana. Pengkajian resiko bencana bisa dilakukan dengan mengidentifikasi ancaman-ancaman bahaya yang kemungkinan bisa terjadi dan kerentanan-kerentanan dalam menghadapi bahaya. Selain itu juga memperhitungkan kapasitas yang ada didaerah tersebut termasuk kapasitas SDM nya, sarana dan prasarananya yang semuanya dapat mendukung dalam penatalaksanaan manajemen bencana. Setiap daerah yang rawan bencana biasanya memiliki suatu peta rawan bencana untuk mengurangi resiko bahaya yang ditimbulkan dari bencana tersebut.
Setelah setiap daerah melakukan optimalisasi pengkajian resiko bencana, maka langkah yang bisa ditempuh lagi adalah mempersiapkan warga setempat untuk siap siaga bencana. Kesiapsiagaan bencana yang bisa dilakukan adalah mempersiapkan warga untuk siap dan siaga ketika potensial bencana itu terjadi serta mepersiapkan semua sarana dan prasarana yang dibutuhkan ketika bencana itu terjadi seperti sarana komunikasi sentral, sarana transportasi, sarana kesehatan dan lain sebagainya sesuai kebutuhan yang sudah dilist sesuai analisis pengkajian resiko bencana.
Kesiapsiagaan warga dalam menghadapi bencana bisa dipupuk dengan adanya pelatihan-pelatihan siaga bencana. Pelatihan siaga bencana itu didalamnya bisa diberikan materi terkait mengenal tanda-tanda dini potensial bencana, jalur evakuasi yang aman, bagaimana cara transportasi korban yang aman, bagaimana cara pertolongan pertama pada korban, dan bagimana respon cepat dalam menangani bencana. Misalnya pelatihan terkait siaga bencana kebakaran. Banyak materi-materi yang bisa disampaikan ke warga dalam mempersiapkan siaga bencana kebakaran karena mengingat kejadian kebakaran itu sendiri merupakan bencana dengan kategori sering. Beberapa faktor pemicu kebakaran sering dijumpai seperti kelalain warga dalam menggunakan kompor gas dan instalasi listrik, akibat buang puntung rokok yang sembarangan, dan karena faktor alam seperti gunung meletus atau kebakaran hutan karena kemarau yang panjang.
Dalam pelatihan siaga bencana kebakaran bisa diberikan materi ke warga terkait penyebab terjadinya kebakaran, bahaya terjadinya kebakaran seperti bahaya luka bakar, asap CO yang dihirup oleh warga, dan abu yang dihasilkan dari kebakaran gunung meletus yang membahayakan untuk pernapasan. Selain itu juga diajarkan terkait penanganan darurat kebakaran yang terdiri dari: jangan panic, kenali bahaya dan tanda peringatan bencana kebakaran, evakuasi penghuni ke jalur dan tempat yang aman, hubungi tim pemadam kebakaran, gunakan sumber daya pemadam kebakaran yang ada, beri pertolongan pertama pada korban, dan kirim korban ke RS. Tanda peringatan dini yang bisa diajarkan kepada warga adalah penggunaan alat kentongan sederhana atau melakukan setting diatap rumah dengan alarm yang bisa mendeteksi ketika ada gejala awal muncul kebakaran seperti ketika timbul sedikit asap, alarm akan berbunyi.
Warga juga harus diberikan pengetahuan dan pemahaman terkait alat pemadam kebakaran yang bisa digunakan seperti karung goni (tradisional), Alat Pemadam Api Portable (APAP) yang terdiri dari Alat Pemadam Api Ringan (APAR) dan Alat Pemadam Api Beroda (APAB), Sprinkler di beberapa pabrik atau perusahaan, dan hydrant. Selain itu warga juga diajari bagaimana cara memberikan pertolongan pertama pada korban luka bakar yaitu jika luka bakar derajat 1 dan 2 maka penanganannya dengan dialiri air mengalir pada daerah yang terkena, sedangkan pada luka bakar derajat 2 jangan sampai bula (gelembung-gelembung pada kulit) karena luka bakar di pecah karena akan sangat beresiko terkena infeksi, sedangkan luka bakar derajat 3 yang sampai mengenai kulit bagian dalam bahkan sampai hilang terkena tulang maka harus segera dilarikan ke IGD Rumah Sakit. Ingat ketika kain melekat pada daerah luka bakar maka jangan sekali-kali kain tersebut dilepas karena sangat beresiko kulit ikut tertarik kain yang dilepas. 
(Sumber gambar: Dok Foto Pribadi)


Gambar. Memberikan air mengalir pada luka bakar ringan dan sedang (Sumber: http://sidomi.com)



Gambar. Derajat Luka Bakar (Sumber: http://mayangkero.blogspot.com)
Pada pelatihan siaga bencana kebakaran juga diajarkan bagaimana cara mencegah kebakaran, antara lain: kenali dan pahami tanda potensi kebakaran yang kemungkinan muncul, jangan membuang punting rokok sembarangan, jangan nyalakan api didekat bahan yang mudah terbakar dan mudah meledak, waspada dalam penggunaan alat penerang api (lilin, api semprong, obat nyamuk bakar), perawatan instalasi listrik rumah dengan baik, gunakan kompor gas dengan aman, dan sediakan alat pemadam api ringan

NUMPANG SHARE:

Berita gembira untuk para pengguna android, saat ini android menyediakan aplikasi whaff di google play. Apakah aplikasi Whaff rewards tersebut? aplikasi tersebut adalah aplikasi yang dapat memberikan recehan dollar bagi pengguna aplikasi terserbut. Kenapa tidak..ketika kita menginstal aplikasi tersebut aja dengan login dan memasukan kode kunci untuk start aplikasi kita sudah mendapatkan 0.30$. Recehan dollar akan kita dapat kembali jika kita mendownload dan menginstal games atau aplikasi yang tersedia di whaff tersebut dengan besaran yang diperoleh sekitar 0.05$. semakin banyak mendownload aplikasi dan memainkan aplikasi yang disediakan di whaff tersebut, recehan dollar akan semakin terkumpul. Dollar tersebut dapat diuangkan melalui sistem Paypal. Proses penguangan menggunakan paypal sangat mudah, bisa anda cari di internet. Cara mendownload dan menginstal aplikasi whaff adalah sebagai berikut:

1.Klik Play Store
2.Search Whaff Reward
3.Download 
4.Login Via Facebook
5.Setelah Login Akan Di Suruh Masukin Kode, Masukin kode BS75512 Maka Akan Mendapatkan Bonus 0.30$
6.Download Applikasi Yang Tersedia Di Whaff, Setiap Aplikasi Dihargai "$" Berbeda Beda
7.Kumpulkan MINIMAL PAYOUT 10$ baru bisa diuangkan lewat paypal


Cobalah tidak akan merugi

Sunday, 14 September 2014

Mobilisasi Dini Pasien Kritis

EARLY MOBILIZATION PADA PASIEN KRITIS MENCEGAH PNEUMONIA




Early mobilization adalah suatu usaha untuk menggerakkan bagian tubuh secara bebas dan normal baik secara aktif maupun pasif untuk mempertahankan sirkulasi, memelihara tonus otot-otot dan mencegah kekakuan otot. Prinsip dalam melakukan mobilisasi yaitu mencegah dan mengurangi komplikasi sekunder seminimal mungkin, menggantikan hilangnya fungsi motorik, memberikan rangsangan lingkungan, memberikan dorongan untuk bersosialisasi, meningkatkan motivasi, memberikan keseimbangan untuk dapat berfungsi dan melakukan aktifitas sehari-hari sedangkan tujuan mobilisasi dini adalah untuk mencegah terjadi infeksi nosokomial pneumonia, kekakuan sendi, thombophebitis, atrofi otot, penumpukan sekret pada saluran pernafasan, mengurangi nyeri pada sisi yang lumpuh memperlancar sirkulasi darah, mencegah kontraktur, dan dekubitus (Yemima, 2007). Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dalam Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Pneumonia di Indonesia tahun 2003 juga mengatakan bahwa mobilisasi dini dapat mencegah infeksi nosokomial pneumonia dengan tujuan mengoptimalkan pertahanan tubuh pasien. Pasien yang diposisikan supine dan immobility akan menimbulkan reflek batuk, otot mucosilliary, dan drainage tidak bekerja dengan baik sehingga beresiko lebih tinggi terkena infeksi nosokomial pneumonia. Selain itu pasien yang tidak dilakukan early mobilization akan terjadi kelemahan otot termasuk otot pernapasan sehingga proses weaning off of ventilation akan ditunda dan beresiko terjadi VAP (Kathleen, 2010). Early mobilization dilakukan sesuai dengan kondisi pasien secara berangsur-angsur dan bertahap, misalnya pasien kritis yang bed rest total dan kondisi tidak stabil bisa dilakukan positioning side to side tiap 2 jam tergantung kondisi pasien atau dilakukan gerakan Range Of Motion (ROM). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut : (Christiane, 2009)


 
 



Early Mobilization juga merupakan salah satu tindakan preventif non farmakologi yang dapat mencegah atau mengurangi kejadian infeksi nosokomial pneumonia. Pasien kritis yang bed rest total dan fisiknya lemah karena otot pada pasien immobility mengalami penurunan sintesis protein dan peningkatan proses katabolisme di otot yang menyebabkan otot-otot menjadi lemah termasuk otot pernapasan (Kathleen, 2010). Selain itu pada pasien dengan atelektasis yang terjadi karena suatu kompresi mengakibatkan expansi parunya tidak optimal. Hal-hal tersebut menimbulkan fungsi normal paru seperti reflek batuk, otot mucosilliary, dan drainage tidak bekerja dengan baik sehingga beresiko lebih tinggi terkena infeksi nosokomial pneumonia karena bakteri pathogen akan berkoloni di paru. Early mobilization pada tahap awal bisa dilakukan dengan  positioning side to side atau alih baring dan ROM pasif. Positioning side to side selain untuk mencegah dekubitus juga sangat efektif untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret bronchial dengan dasar efek gravitasi. Hal ini menstimulus sekret untuk berpindah dari satu atau lebih segmen paru ke jalan napas dimana sekret dapat keluar dengan sendirinya melalui mulut, dengan reflek batuk atau dengan aspirasi mekanik (Kathleen, 2010). Selain itu ROM pasif dapat meningkatkan kekuatan otot pasien dan secara psikologis juga dapat memotivasi pasien untuk meningkatkan otot pernapasan diafragma sehingga pernapasan bisa adekuat dan proses weaning off of ventilator dapat lebih cepat dan resiko terjadi pneumonia dapat diminimalkan. Seperti halnya pada pasien dengan atelektasis juga dilatih napas dalam dan batuk efektif supaya otot pernapasannya dapat kuat serta pasien tidak kelelahan karena batuk yang tdak efektif. Cara tersebut menjadikan expansi paru akan optimal, bersihan jalan napas adekuat, sekret dapat keluar dan tidak terjadi penumpukan sekret bronchial di paru sehingga dapat mencegah atau meminimalkan koloni bakteri pathogen penyebab pneumonia. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2003 yang mengatakan bahwa mobilisasi dini dapat mencegah infeksi nosokomial pneumonia dengan tujuan mengoptimalkan pertahanan tubuh pasien. Early mobility ini dilakukan dengan melihat kondisi pasien, pasien yang kondisi atau vital signnya tidak stabil, ditunda untuk dilakukan early mobility karena dapat meningkatkan metabolisme tubuh sehingga menambah beban kerja jantung

DAFTAR PUSTAKA
1.    Christiane Perme. 2009. Early mobility and walking program for patients in intensive care units: creating a standard of care. Diakses tanggal 3 Mei 2010. URL : http://www.ajcconline.org
2.   Kathleen M. Vollman, RN, MSN. Progressive mobility in the critically ill. Diposkan April 2010. Diakses tanggal 4 Juni 2010. URL : http:// www.ccnonline.org
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pneumonia nosokomial pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
4.    Yemima. 2007. Pengaruh mobilisasi pada klien stroke yang mengalami gangguan fungsi motorik dengan kejadian dekubitus di rumah sakit mardi rahayu kudus. Semarang  : PSIK FK UNDIP.
 



NUMPANG SHARE:

Berita gembira untuk para pengguna android, saat ini android menyediakan aplikasi whaff di google play. Apakah aplikasi Whaff rewards tersebut? aplikasi tersebut adalah aplikasi yang dapat memberikan recehan dollar bagi pengguna aplikasi terserbut. Kenapa tidak..ketika kita menginstal aplikasi tersebut aja dengan login dan memasukan kode kunci untuk start aplikasi kita sudah mendapatkan 0.30$. Recehan dollar akan kita dapat kembali jika kita mendownload dan menginstal games atau aplikasi yang tersedia di whaff tersebut dengan besaran yang diperoleh sekitar 0.05$. semakin banyak mendownload aplikasi dan memainkan aplikasi yang disediakan di whaff tersebut, recehan dollar akan semakin terkumpul. Dollar tersebut dapat diuangkan melalui sistem Paypal. Proses penguangan menggunakan paypal sangat mudah, bisa anda cari di internet. Cara mendownload dan menginstal aplikasi whaff adalah sebagai berikut:

1.Klik Play Store
2.Search Whaff Reward
3.Download 
4.Login Via Facebook
5.Setelah Login Akan Di Suruh Masukin Kode, Masukin kode BS75512 Maka Akan Mendapatkan Bonus 0.30$
6.Download Applikasi Yang Tersedia Di Whaff, Setiap Aplikasi Dihargai "$" Berbeda Beda
7.Kumpulkan MINIMAL PAYOUT 10$ baru bisa diuangkan lewat paypal


Cobalah tidak akan merugi

Contact Us

Name

Email *

Message *