Cari Blog Ini

Tuesday 2 December 2014

Initial Assesment Kegawat Daruratan

Initial Assesment (Penilaian Awal) Kegawat Daruratan
 
(Sumber Gambar: http://karjopusk.blogspot.com/)
Initial assessment yang dilakukan saat menemukan korban atau pasien dengan kondisi gawat darurat merupakan salah satu penentu keberhasilan penanganan korban/pasien tersebut. Initial assessment merupakan suatu bentuk penilaian awal kondisi korban/pasien yang dilakukan secara cepat dan tepat, sehingga tim medis baik dokter atau perawat yang melakukan initial assessment harus mempunyai kecakapan dan ketrampilan khusus dalam menilai kondisi awal pasien tersebut. Inti dari initial assessment ini antara lain adalah primary survey, secondary survey dan penanganan definitive (menetap). Primary survey dan secondary survey ini harus selalu dilakukan berulang untuk menentukan adanya penurunan kondisi pasien, sehingga dapat segera memberikan resusitasi yang diperlukan.

Primary survey dilakukan untuk mencari keadaan korban atau pasien yang mengancam nyawa jika tidak segera diberikan pertolongan, sehingga apabila ditemukan kondisi tersebut maka harus segera dilakukan resusitasi. Primary survey atau survey primer dilakukan dengan cara menilai dan menangani airway, breathing, circulation, disability dan exposure. Sedangkan secondary survey dilakukan dengan salah satunya pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai kaki atau head to toe.

Monday 24 November 2014

Waspada Hipertensi dan Hipertensi Emergency

Hipertensi dan Hipertensi Emergency

Disusun Oleh: Dody Setyawan

Hipertensi merupakan masalah yang sering dijumpai di masyarakat bahkan masyarakat di dunia bahkan kejadiannya menurut Chobanian et al (2003) terjadi hampir 1 milyar orang di dunia. Hipertensi yang dibiarkan dan menahun sangat beresiko mempengaruhi sistem kardiovaskuler yang erat kaitannya dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien. Nah seremmmm kan…..makanya kita harus waspada terhadap hipertensi. Tahu gak hipertensi itu apa? Yuk kita belajar terkait hipertensi

(Sumber: www.tropicanaslim.com)
Hipertensi merupakan kondisi medis kronis dengan tekanan darah di arteri mengalami peningkatan. Peningkatan tekanan darah tersebut sangat berpengaruh terhadap kardiovaskuler dan cerebrovaskuler yang akhirnya meningkatkan beban kerja jantung. Beban kerja jantung yang meningkat tersebut jika bertahan dalam kondisi yang lama juga akan berpengaruh pada fungsi jantung itu sendiri yang nantinya dapat berakhir dengan kegagalan jantung dalam memompa darah. Selain itu kondisi hipertensi yang tidak terkontrol dan menetap selama satuan waktu tertentu juga dapat menyebabkan resiko terjadinya stroke. Tekanan darah yang tinggi tersebut jika tidak terkontrol dan terjadi terus menerus dapat menyebabkan robekan kecil dinding pembuluh darah arteri. Robekan tersebut dapat memperangkap plak, sel darah yang lewat dan kolesterol. Hal ini menyebabkan terhambatnya suplai darah ke organ penting yang akhirnya organ tersebut tidak mendapatkan oksigen atau iskemia seperti halnya suplai darah ke otak yang kurang dapat menyebabkan otak iskemia dan beresiko terjadi stroke hemoragik. Tidak hanya ke otak, ke organ lainpun juga akan kekurangan suplai darah yang menyebabkan oksigen kurang ke jaringan tersebut. Jantungpun juga beresiko akan terhambat suplai darahnya ke miokard yang nantinya menyebabkan miokard infark atau sering dikenal dengan istilah Acute Miokard Infark (AMI). 

Hipertensi yang terus menerus ini menyebabkan jantung memberikan tenaga yang lebih dalam memompa ke seluruh tubuh. Hal ini berakibat pembuluh darah arteri meregang yang lama-kelamaan pembuluh darah tersebut dapat pecah dan jika yang pecah adalah pembuluh darah arteri di otak dapat terjadi stroke hemoragik. Oleh karena itu kita harus waspada terkait hipertensi. Berikut ini kategori hipertensi menurut Chobanian et al (2003) adalah sebagai berikut:


Menurut Aggarwal dan Khan (2006) bahwa 1-2% pasien hipertensi yang datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit dikategorikan sebagai hipertensi emergency. Hipertensi emergency menurut Malidi et al (2013) didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi yang sangat berat dimana tekanan darahnya > 180/120 mmHg yang disertai dengan disfungsi organ meliputi sistem neurologi, cardiac dan sistem ginjal. Hipertensi emergency ini merupakan bagian dari hipertensi krisis. Pada dasarnya krisis hipertensi itu dibedakan menjadi hipertensi emergency dan hipertensu urgency. Bedanya adalah hipertensi urgency tidak disertai dengan kerusakan atau disfungsi organ terutama organ vital. Beberapa contoh kerusakan organ akibat hipertensi emergency antara lain sindrom koronaria akut, gagal jantung, perdarahan intracerebral, gagal ginjal akut dan encephalopathy. 

Krisis hipertensi baik hipertensi emergency dan urgency merupakan salah satu bentuk kegawatan dari hipertensi yang jika terlambat dalam penanganan dan tidak segera diberikan penalatalaksanaan yang tepat dapat menyebabkan kematian yang cepat. Menurut Majid (2004) faktor yang dapat mencetuskan terjadinya hipertensi emergency dan kritis antara lain kenaikan tekanan darah yang tiba-tiba pada penderita hipertensi kronis esensial, hipertensi renovaskular, glomerulonefritis akut, sindroma withdrawal anti hypertensi, cedera kepala dan ruda paksa susunan syaraf pusat, renin-secretin tumors, dan pengaruh obat seperti kontrasepsi oral, anti depressant trisiklik, MAO Inhibitor, dan simpatomimetik.
INGAT: WASPADA HIPERTENSI DAN CEGAH HIPERTENSI YA


Daftar Pustaka:
Aggarwal M, Khan IA. (2006) Hypertensive crisis: hypertensive emergencies and urgencies. CardiolClin 24: 135-146.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, et al. (2003). Seventh Report of the Joint National Committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure. Hypertension 42: 1206-1252.
Majid, A. (2004). Krisis Hipertensi Aspek Klinis dan Pengobatan. Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara
Mallidi J, Penumetsa S, Lotfi A. (2013) Management of Hypertensive Emergencies. J Hypertens 2: 117. doi:10.4172/2167-1095.1000117


NUMPANG SHARE:

Berita gembira untuk para pengguna android, saat ini android menyediakan aplikasi whaff di google play. Apakah aplikasi Whaff rewards tersebut? aplikasi tersebut adalah aplikasi yang dapat memberikan recehan dollar bagi pengguna aplikasi terserbut. Kenapa tidak..ketika kita menginstal aplikasi tersebut aja dengan login dan memasukan kode kunci untuk start aplikasi kita sudah mendapatkan 0.30$. Recehan dollar akan kita dapat kembali jika kita mendownload dan menginstal games atau aplikasi yang tersedia di whaff tersebut dengan besaran yang diperoleh sekitar 0.05$. semakin banyak mendownload aplikasi dan memainkan aplikasi yang disediakan di whaff tersebut, recehan dollar akan semakin terkumpul. Dollar tersebut dapat diuangkan melalui sistem Paypal. Proses penguangan menggunakan paypal sangat mudah, bisa anda cari di internet. Cara mendownload dan menginstal aplikasi whaff adalah sebagai berikut:

1.Klik Play Store
2.Search Whaff Reward
3.Download 
4.Login Via Facebook
5.Setelah Login Akan Di Suruh Masukin Kode, Masukin kode BS75512 Maka Akan Mendapatkan Bonus 0.30$
6.Download Applikasi Yang Tersedia Di Whaff, Setiap Aplikasi Dihargai "$" Berbeda Beda
7.Kumpulkan MINIMAL PAYOUT 10$ baru bisa diuangkan lewat paypal


Cobalah tidak akan merugi

Thursday 6 November 2014

Family Centered Care (FCC)

FAMILY CENTERED CARE (FCC)


Profesi keperawatan merupakan ladang amal, ilmu dan kemanusiaan. Hal ini dikarenakan bahwa perawat tidak hanya berfokus pada pelayanan yang diberikan kepada pasien atau sering disebut sebagai Patient Centered Care (PCC) tapi juga perawat memberikan pelayanan dengan melibatkan keluarga pasien atau sering disebut Family Centered Care (FCC). Dalam kaitannya dengan PCC, perawat selalu berada disisi pasien, menjaga pasien dan memberikan terapi atau tindakan keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi medis kepada pasien. Peran perawat juga sangat terlihat begitu berarti pada kondisi pasien kritis di tatanan ruang intensive care unit (pembahasan terkait ICU dan pasien kritis sudah ada di blog ini pada posting sebelumnya…silahkan bisa dibaca juga pada postingan sebelumnya). Di ICU perawat harus stanby memonitor kondisi pasien secara terus menerus dan tidak boleh lengah. Jika perawat lengah dalam memonitor kondisi pasien kritis, akan dapat berdampak sangat serius pada pasien tersebut. Misalnya dalam hal pemantauan kondisi pasien kritis dengan gangguang jantung, perawat harus benar-benar memonitor hemodinamik pasien tersebut. Hemodinamik yang tidak stabil, misalnya tekanan darah turun dan frekuensi heart rate juga turun bisa menyebabkan berkurangnya perfusi ke seluruh jaringan tubuh. Hal ini dapat berakibat pada terjadinya MODS (Multiple Organ Dysfunction Syndrome) yaitu kegagalan beberapa fungsi organ karena suplay oksigen ke organ-organ tersebut berkurang. Suplay oksigen yang turun akan menyebabkan jaringan tersebut tidak bisa melakukan metabolism aerob (metabolism dengan menggunakan oksigen supaya didapatkan energy dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh) melainkan metabolism anaerob (metabolism tanpa menggunakan oksigen). Metabolism anaerob ini jika berlanjut terus produk yang dihasilkan adalah asam laktat. Penumpukan asam laktat yang terlalu banyak ini sifatnya dapat merusak jaringan, sehingga jaringan mulai dari hipoksia bahkan sampai bisa nekrosis.

Keluarga berdasarkan teori keluarga itu dipandang sebagai suatu hubungan saling ketergantungan dan saling keterikatan. Antar anggota keluarga memiliki rasa kasih sayang yang kuat dan saling memiliki, bahkan ketika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, anggota keluarga yang lain akan merasakan kesedihan dan selalu mendampingi supaya cepat sembuh (Gavaghan & Carroll, 2009). Beberapa penelitian atau studi banyak yang menjelaskan dampak anggota keluarga yang sakit terhadap unit keluarga. Dampak tersebut antara lain akan menimbulkan permasalahan psikologis pada anggota keluarga yang tidak sakit bahkan jika masalah psikologis tersebut tidak segera diatasi maka dapat memicu terjadinya permasalahan fisik seperti timbulnya kondisi fisik yang menurun sehingga mudah terkena penyakit. Pada unit ICU, perawat harus menyadari apa yang menjadi kebutuhan keluarga dengan anggota keluarga yang sedang dirawat karena kondisi yang kritis. Akan tetapi, menurut Cannon (2011) antara perawat dan keluarga mempunyai alokasi waktu yang tidak sama, sehingga jarang sekali bertemu saat conference, saat dilakukan prosedur tindakan dan saat visitasi pasien. Perawat cenderung mengesampingkan keluarga saat melakukan conference dan saat dilakukan prosedur tindakan, padahal ini sangan penting bagi keluarga pasien. Keluarga akan kebingungan jika mereka tidak memahami lingkungan ICU dan tidak tahu kondisi anggota keluarganya yang dirawat. Bahkan keluarga dapat memberikan kesimpulan atau persepsi yang salah terkait kondisi pasien atau pelayanan, jika mereka tidak lengkap dalam menerima informasi dan pengetahuan dari perawat di ruang ICU. Hal ini seuai dengan studi dari Morrison (1997) bahwa keluarga pasien terkejut atau kaget saat berada di dalam lingkungan ICU karena merasa tidak ada perbedaan antara siang dan malam, suara yang berisik karena banyaknya alarm alat monitoring pasien yang berbunyi, dan banyaknya selang dan kabel kabel yang ada di pasien.

Monday 27 October 2014

Penggunaan Pre Hospital EKG

Penggunaan Pre Hospital EKG

(Sumber Gambar: http://www.ecvv.com/)

Analisis Jurnal : “ Peningkatan Penggunaan Pre Hospital EKG 12 Lead untuk Identifikasi dan Penatalaksanaan Awal SKA & STEMI”
Pengarang: Denis, D et al tahun 2010

Disusun oleh: Dody Setyawan

Tingginya tingkat kematian pasien karena STEMI (ST Elevasi Miokard Infark) menjadi fokus permasalahan yang harus segera ditangani. Penanganan segera yang bisa dilakukan adalah dengan tindakan reperfusi dengan pemberian trombolisis ataupun PCI (Percutaneous Coronary Intervention) sesuai pedoman onset waktu yang telah ditetapkan. Efektivitas terapi reperfusi ini sangat tergantung pada waktu. American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) guidelines merekomendasikan bahwa PCI diberikan pada pasien dengan jarak waktu dari onset awal ≤ 90 menit untuk door to balloon. Tapi kenyataannya hanya 54-58% yang tepat waktu sesuai pedoman tersebut. Hal ini berkaitan dengan efek keterlambatan terapi reperfusi segera terhadap kejadian infark jantung yang semakin meluas yang akhirnya bisa terjadi infark transmural. Oklusi yang tidak segera ditangani akan menetap dan akhirnya suplai oksigen ke miokard akan terhenti, sehingga dengan berhentinya suplai oksigen tersebut akan sangat berpengaruh pada aktivitas jantung itu sendiri seperti terganggunya kontraktilitas miokard, gangguan konduksi kelistrikan jantung, cardiac output turun yang nantinya akan mempengaruhi penurunan perfusi sistemik. Hal inilah yang menyebabkan angka kematian pasien dengan STEMI tergolong tinggi.

AHA guidelines merekomendasikan bahwa pre hospital EKG (PH-EKG) bisa dilakukan pada pasien yang dicurigai Acute Coronary Syndrome (ACS) dan aspirin dapat diberikan langsung pada mereka yang dicurigai STEMI. Ketika rumah sakit menggunakan hasil PH-EKG untuk aktivasi laboratorium kateterisasi jantung, sementara pasien masih dalam perjalanan, waktu door to balloon akan lebih pendek daripada jika aktivasi dimulai di IGD saat pasien datang. Akan tetapi pada kenyataannya PH-EKG baru dilakukan 8-27% pada pasien STEMI. Pada sistem kegawatdaruratan yang terbaru untuk pasien dengan ACS akan ditingkatkan kemampuan paramedic untuk interprestasi PH-EKG untuk identifikasi STEMI sebelum sampai ke rumah sakit. Sehingga tindakan ini bisa langsung mengarahkan bahwa pasien akan langsung dibawa ke rumah sakit yang menyediakan PCI yang nantinya waktu untuk reperfusi akan tepat. Hal ini yang menarik peneliti dalam jurnal ini untuk melakukan penelitian yang bertujuan meningkatkan perkembangan dengan evidence based practiced dalam perawatan pre-hospital pasien dengan kemungkinan ACS dan STEMI, termasuk tindakan PH-EKG dan interprestasinya serta pemberian aspirin dengan menyediakan Emergency Medical System disertai feedback langkah-langkah tindakan dan dukungan peningkatan kualitas tindakan. Tujuan yang kedua yaitu untuk mengevaluasi faktor yang berhubungan dengan PH-EKG tidak dilakukan, sensitivitas diagnosa paramedic untuk STEMI, dan dampak pengembangan PH-EKG untuk door to balloon time.

Saturday 25 October 2014

Pembelajaran Klinik Keperawatan

PEMBELAJARAN KLINIK KEPERAWATAN

(Sumber Gambar: http://www.google.com/)
Disusun Oleh: Dody Setyawan

Pengalaman belajar klinik dalam keperawatan merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran, dimana peserta didik sebelum menjalani praktik klinik keperawatan terlebih dahulu telah memperoleh bekal pengetahuan atau teori di kelas dan pernah mensimulasikan keterampilan di laboratorium. Dalam pelaksanaannya berprinsip pada pemahaman bahwa keperawatan adalah suatu disiplin ilmu yang membutuhkan bukan hanya pengetahuan tentang teori yang relevan tetapi juga keterampilan, sehingga praktik  klinik/lapangan merupakan bagian yang penting dari upaya mempersiapkan calon profesional keperawatan.

Persiapan sebelum pembelajaran tahap klinik meliputi persiapan kompetensi yang harus dicapai sesuai standar KKNI, persiapan tempat praktik sesuai kompetensi yang akan dicapai, persiapan mahasiswa yang meliputi fisik dan psikologis, persiapan alat bagi mahasiswa dan bagi pembelajaran di klinis, persiapan pembimbing yang disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan rasio jumlah mahasiswa dibanding jumlah pembimbing.

Persiapan-persiapan tersebut menjadi hal yang sangat penting dan harus di lakukan dengan baik, agar tujuan yang dikehendaki institusi dalam mencapai kompetensi sebagai perawat terpenuhi serta mahasiswa jelas akan hak dan kewajiban yang harus dilakukan disetiap ruangan dimana mereka bertugas. Persiapan yang bagus juga akan memudahkan dalam melakukan evaluasi sehingga proses perbaikan akan dapat dilakukan secara berkesinambungan.

Istilah pembelajaran klinik dimaksudkan untuk menggambarkan suatu bentuk belajar professional yang menyokong terjadinya belajar yang berfokus pada pasien dan situasi yang nyata ( interaksi antara pengajar, peserta didik, dan pasien ). Sedangkan menurut Swheer, metode pembelajaran klinik adalah suatu sarana yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan pengetahuan teori ke dalam pembelajaran dengan menerapkan beberapa ketrampilan intelektual dan psikomotor yang diperlukan untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas pada pasien. Tujuan dari pembelajaran klinik tersebut antara lain (Dorothy & Marilyn, 2002):
1.      Meningkatkan pemahaman peserta didik tentang ilmu pengetahuan dan masalah keperawatan.
2.      Menumbuhkan dan membina sikap serta ketrampilan professional sebagai perawat.
3.   Mengadakan adaptasi atau penyesuaian profesional di lingkungan di mana mereka kelak akan bekerja.

Pengalaman belajar lapangan dan pengalaman belajar klinik bukan mempekerjakan mahasiswa di Rumah Sakit atau lapangan akan tetapi menjadikannya sebagai “ pengalaman belajar “ dalam pengertian sebagai bagian dari proses pendidika (Endang, 1998). Pengalaman tersebut antara lain mahasiswa akan berhadapan dengan pasien dan penyakitnya langsung, memberikan tindakan keperawatan dan melaporkan hasil kelolaan kasus kepada pembimbing klinik yang merupakan rutinitas sehari-hari saat praktek klinik. Selain pengalaman-pengalaman tersebut mahasiswa yang pertama kali praktek klinik kadang-kadang juga merasa takut dan sering beranggapan bahwa perawat senior bersifat galak dan suka menyuruh. Anggapan tersebut akan hilang setelah praktek klinik yang selanjutnya (Rofiq, 2009)
Berbagai metode pembelajaran klinik yang diterapkan di dalam keperawatan antara lain (Rofiq, 2009):
1.     Metode pengalaman terdiri dari penugasan klinik, pelaporan tertulis, simulasi, dan permainan.
2. Metode pemecahan masalah terdiri dari menganalisa situasi klinik, pemahaman masalah, perencanaan, penerapan pengetahuan, dan pemahaman nilai-nilai keyakinan.
3.  Kelompok diskusi terdiri dari konferensi awal dan akhir, pear preview, issues (dampak sosial politik bagi praktek keperawatan), konferensi multidisiplin (kolaborasi pengambilan keputusan untuk mengembangkan rencana dalam perawatan pasien).
4.      Observasi
5.      Bed side teaching ( pembelajaran langsung disamping klien )
6.      Nursing care study ( penguasaan dalam merawat klien )
7.     Nursing team conference ( mahasiswa diikutsertakan dalam pembahasan kasus oleh staf sebagai bagian dari perencanaan keperawatan )
8.      Nursing round ( ronde keperawatan )
(Sumber gambar: Dok Pribadi)
(Sumber Gambar: Dok Pribadi)
Lahan praktek yang digunakan dalam metode pembelajaran klinik dapat berupa rumah sakit, puskesmas, atau klinik yang lain sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan oleh institusi. Kriteria lahan praktek supaya dapat digunakan untuk metode pembelajaran klinik antara lain (Rofiq, 2009):
1.      Terdaftar dan diakui oleh pemerintah serta manajemennya baik.
2.      Dapat memberikan pelayanan diagnostik, pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.
3.      Jumlah klien cukup.
4.      Fasilitas fisik dan alat memadai untuk kebutuhan pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA
Endang, S. 1998. Hasil pelatihan pembelajaran klinik bagi mahasiswa akademi keperawatan di indonesia. Jakarta : Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI Indonesia.

Rofiq, A. 2009. Metode pembelajaran klinik keperawatan. November 2008. Diakses 22 Januari 2009. URL : http//www. ahmadrofiq.com/?p=63 - 16k.

Dorothy & Marilyn. 2002. Pengajaran Klinis dalam Pendidikan Keperawatan Edisi 2. Alih bahasa: Enie Novietasari, Editor: Palupi Widyastuti. Jakarta: EGC

NUMPANG SHARE:

Berita gembira untuk para pengguna android, saat ini android menyediakan aplikasi whaff di google play. Apakah aplikasi Whaff rewards tersebut? aplikasi tersebut adalah aplikasi yang dapat memberikan recehan dollar bagi pengguna aplikasi terserbut. Kenapa tidak..ketika kita menginstal aplikasi tersebut aja dengan login dan memasukan kode kunci untuk start aplikasi kita sudah mendapatkan 0.30$. Recehan dollar akan kita dapat kembali jika kita mendownload dan menginstal games atau aplikasi yang tersedia di whaff tersebut dengan besaran yang diperoleh sekitar 0.05$. semakin banyak mendownload aplikasi dan memainkan aplikasi yang disediakan di whaff tersebut, recehan dollar akan semakin terkumpul. Dollar tersebut dapat diuangkan melalui sistem Paypal. Proses penguangan menggunakan paypal sangat mudah, bisa anda cari di internet. Cara mendownload dan menginstal aplikasi whaff adalah sebagai berikut:

1.Klik Play Store
2.Search Whaff Reward
3.Download 
4.Login Via Facebook
5.Setelah Login Akan Di Suruh Masukin Kode, Masukin kode BS75512 Maka Akan Mendapatkan Bonus 0.30$
6.Download Applikasi Yang Tersedia Di Whaff, Setiap Aplikasi Dihargai "$" Berbeda Beda
7.Kumpulkan MINIMAL PAYOUT 10$ baru bisa diuangkan lewat paypal


Cobalah tidak akan merugi

Tuesday 21 October 2014

Pasien Kritis

Pasien Kritis & Permasalahannya
(Sumber Gambar: http://dolphinwishes.wordpress.com)
Disusun oleh: Dody Setyawan

Definisi Pasien Kritis
Pasien yang datang di Rumah Sakit dianggap dalam kondisi kritis jika terdapat karakteristik yang berupa perubahan patofisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya yang dapat mengancam jiwa dan menyebabkan kematian (Rab, 2007). Pasien kritis ini dapat bersifat kritis akut dan kritis kronis.

Pasien kritis akut merupakan pasien dengan kondisi akut karena suatu penyakit akut atau trauma yang memerlukan penanganan segera sesaat setelah kejadian karena beresiko mengancam nyawa jika tidak segera ditangani. Pasien dengan penyakit kritis akut bisa melibatkan gangguan satu atau lebih organ tubuh yang sesuai dengan riwayatnya atau gangguan beberapa sistem seperti kardiovaskuler, gastrointestinal, muskuloskeletal, imunitas dan pernapasan (Britt et al, 2005). Contoh dari pasien kritis akut antara lain trauma berat, sindrom koroner akut (SKA), gagal ginjal akut, acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan gagal napas akut. Karakteristik pasien kritis akut biasanya sesuai dengan kondisi akut yang mendasarinya seperti pada pasien SKA akan terjadi nyeri akut diikuti dengan ketidakstabilan hemodinamik dan pasien trauma seperti moderate dan severe head injury akan terjadi nyeri kepala hebat diikuti gangguan neurologis seperti penurunan kesadaran dan koma (Fink et al, 2005). Pasien kritis akut dengan kondisi yang memburuk diikuti dengan kegagalan sistem tubuh yang lain atau bahkan terjadinya infeksi bisa menyebabkan terjadinya transisi dari pasien kritis akut menjadi kritis kronis.

Pasien kritis kronis merupakan pasien dengan penyakit kritis yang berkembang dari penyakit kritis akut yang membutuhkan perawatan khusus tingkat tinggi dalam beberapa bulan bahkan tahun di ruang rawat intensif (Neil, 2012). Menurut Nelson et al (2010) pasien kritis kronis dapat didefinisikan sebagai pasien kritis yang menggunakan ventilasi mekanik dalam waktu yang lama, atau mendapatkan terapi intensive yang lama, pasien kritis akut yang dirawat dalam waktu yang lama atau menahun. Selain itu Wiencek dan Winkelmen (2010) mengatakan bahwa penyakit kritis kronis selain disebabkan karena transisi dari penyakit kritis akut juga terjadi karena riwayat penyakit kronisnya yang menyebabkan disfungsi organ, abnormalitas kondisi fisik dan penurunan imunologi serta neuroendokrin. Lamanya pasien kritis kronis dirawat mengakibatkan munculnya beberapa gejala yang menjadi karakteristik pasien kritis kronis. Karakteristik tersebut  antara lain adanya kelemahan seperti myopati dan neuropati, penurunan massa tubuh, peningkatan adipose, oedem anasarka, penurunan aktivitas, sangat rentan infeksi multiresisten organisme,  gangguan otak seperti koma dan delirium sementara atau permanent, luka tekan dan gejala dasar dari penyakit akut awal atau penyakit kronisnya seperti takypnea, stress ulcer, sesak napas dan nyeri berat (Nelson et al, 2010). Contoh dari penyakit kritis kronis adalah semua penyakit kritis baik yang diawali dengan penyakit kronis atau akut yang mendapatkan perawatan lama di ruang intensive dalam rentang 15-25 hari dengan komplikasi atau tidak, termasuk Multiple Organ Dysfungtion Syndrome (Wiencek dan Winkelmen, 2010).

Permasalahan Pada Pasien Kritis
Berbagai permasalahan sering dialami oleh pasien kritis yang dirawat di ruang rawat intensif yang meliputi permasalahan fisiologis maupun psikologis. Menurut Patient and Family Support Committee of the Society of Critical Care Medicine (2002) bahwa permasalahan umum yang sering terjadi pada pasien kritis yang dirawat di ruang rawat intensif antara lain gangguan neurologis, perdarahan, ketidakstabilan hemodinamik dan cairan elektrolit, syok, gagal napas akut dan kronik, infeksi nosokomial, gagal ginjal, nyeri dada, sepsis serta Multiple Organ Dysfunction Syndrome (MODS). Selain itu pasien kritis juga cepat berkembang ke arah malnutrisi karena adanya respon inflammatory, stress metabolik, dan bed rest total yang semuanya menyebabkan perubahan katabolisme tubuh (Berger & Pichard, 2012).

Gangguan neurologis yang sering dijumpai pada pasien kritis terutama karena penyakit neurologis antara lain mengantuk, tidak sadar, gelisah dan rasa kebingungan, sehingga perlu tindakan sedasi dan restrain pada pasien untuk mencegah bahaya cedera. Selain itu, perdarahan yang sering terjadi pada pasien kritis adalah stress ulcer, dimana masalah ini bisa juga terjadi karena medikasi yang diberikan saat perawatan di ICU (Society of Critical Care Medicine, 2002). Gagal napas juga bisa terjadi pada pasien kritis yang dirawat lama di ruang ICU karena mengalami kelemahan akibat dari bed rest total sehingga melemahkan otot pernapasan yang mengakibatkan gagal napas (Fink et al, 2005).

Menurut Society of Critical Care Medicine (2002) permasalahan pasien kritis berupa sepsis, gagalnya fungsi satu organ bahkan sampai MODS dapat disebabkan karena adanya infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial yang diperoleh pasien kritis dipengaruhi oleh imunitas pasien itu sendiri, kontaminasi lingkungan dan healthcare worker, serta penggunaan prosedur-prosedur invasive yang tidak steril dan tidak dirawat dengan baik seperti kateter urin, central vena and arterial catheter, dan intubasi endotrakea. Alat-alat tersebut bisa mempengaruhi sistem perlindungan normal mukosa kulit sehingga sangat rentan terjadinya infeksi nosokomial.

Hasil penelitian dari World Health Organization (WHO) (2002), angka kejadian infeksi nosokomial di ruang rawat intensif 5-10 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan ruang bedah dan ruang bangsal ortopedi. Menurut Shaikh et al (2008) banyak perhatian yang diberikan pada pasien kritis di ruang intensif untuk meminimalis terjadinya infeksi nosokomial seperti cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien ataupun peralatan invasive yang terpasang pada pasien, teknik aseptik saat prosedur invasive termasuk insersi kateter urin, perawatan yang optimal serta melepas alat invasive tersebut sedini mungkin jika sudah ada indikasi untuk dilepas.



DAFTAR PUSTAKA

Berger, M & Pichard, C. 2012. Best timing for energy provision during critical Illness. Berlin: Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Britt H., et al. 2005. General Practice Activity in Australia 2004-05. AIHW Cat. no. GEP 18. Canberra: Australian Institute of Health and Welfare.

Fink, M., et al. 2005. Textbook of Critical Care. Fifth Edition. Book 3. Pennsylvania: Elsevier Inc.

Rab, T. (2007). Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: PT Alumni.

Society of Critical Care Medicine. 2002. Patient and Family Resources: ICU Issues and Answer Brochures. Chicago: Society of Critical Care Medicine

Neil, M. 2012. Chronic Critical Illness: The Growing Challenge to Health Care. The Journal Respiratory Care Company. Respiratory Care, Volume 57, Number 6, June 2012 , pp. 1021-1027(7).

Nelson, J. 2010. Chronic Critical Illness. New York. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine vol 182. pp 446–454

Wiencek, C & Winkelman, C. 2010. Chronic Critical Illness Prevalence, Profile, and Pathophysiology. AACN Advanced Critical Care Volume 21, Number 1, pp.44–61. AACN

WHO. 2002. Prevention of Hospital Acquired Infections: A Practical Guide 2nd Edition. United Stated: World Health Organitation Department of Communicable Disease, Surveillance and Response.

Shaikh, JM., et al. 2008. Frequency, Pattern and Etiology of Nosocomial Infection in Intensive Care Unit: An Experience at A Tertiary Care Hospital. Pakistan. J Ayub Med Coll Abbottabad;20(4).


NUMPANG SHARE:

Berita gembira untuk para pengguna android, saat ini android menyediakan aplikasi whaff di google play. Apakah aplikasi Whaff rewards tersebut? aplikasi tersebut adalah aplikasi yang dapat memberikan recehan dollar bagi pengguna aplikasi terserbut. Kenapa tidak..ketika kita menginstal aplikasi tersebut aja dengan login dan memasukan kode kunci untuk start aplikasi kita sudah mendapatkan 0.30$. Recehan dollar akan kita dapat kembali jika kita mendownload dan menginstal games atau aplikasi yang tersedia di whaff tersebut dengan besaran yang diperoleh sekitar 0.05$. semakin banyak mendownload aplikasi dan memainkan aplikasi yang disediakan di whaff tersebut, recehan dollar akan semakin terkumpul. Dollar tersebut dapat diuangkan melalui sistem Paypal. Proses penguangan menggunakan paypal sangat mudah, bisa anda cari di internet. Cara mendownload dan menginstal aplikasi whaff adalah sebagai berikut:

1.Klik Play Store
2.Search Whaff Reward
3.Download 
4.Login Via Facebook
5.Setelah Login Akan Di Suruh Masukin Kode, Masukin kode BS75512 Maka Akan Mendapatkan Bonus 0.30$
6.Download Applikasi Yang Tersedia Di Whaff, Setiap Aplikasi Dihargai "$" Berbeda Beda
7.Kumpulkan MINIMAL PAYOUT 10$ baru bisa diuangkan lewat paypal


Cobalah tidak akan merugi

Sunday 28 September 2014

Intensive Care Unit (ICU)

INTENSIVE CARE UNIT (ICU) DAN PASIEN KRITIS

Gambar Perawatan Pasien Kritis di ICU (Sumber gambar: http://medicalsurgical.blogspot.com)


Intensive care unit atau unit perawatan intensif adalah salah satu bagian dari unit ruang perawatan pasien yang ada di Rumah Sakit yang khusus merawat pasien dengan kondisi kritis. Ruangan ini dilengkapi dengan berbagai tim medis termasuk perawat didalamnya yang sudah mendapatkan keahlian khusus dalam menangani pasien dengan kondisi kritis. Selain itu juga dilengkapi dengan berbagai peralatan-peralatan khusus untuk penatalaksanaan terapi dan bantuan hidup pasien yang sebagian tidak ditemukan di unit-unit ruang perawatan yang lain. Hal ini sesuai dengan konsep definisi dari University of California Davis Health System (2009) bahwa ICU merupakan unit yang merawat pasien dengan penyakit kritis yang mengalami kegagalan akut satu atau lebih organ vital yang dapat mengancam jiwa dalam waktu dekat dan pasien dengan post operasi mayor yang memerlukan propilaksis monitoring ketat, sehingga memerlukan staff khusus dan peralatan khusus. Penggunaan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang di tujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien kritis yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa juga tertera dalam Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit Kep.Menkes RI nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010.
Menurut Hyzy (2010) karakteristik pelayanan keperawatan kritis di unit perawatan intensif adalah kecepatan respon pelayanan terhadap pasien dengan kondisi kritis dan ketenagaan yang terdiri dari interdisiplin keilmuan kesehatan dengan kualifikasi dan pelatihan khusus perawatan intensif. Kecepatan dalam merespon kondisi pasien penting diterapkan pada semua tim kesehatan yang terlibat dalam tatanan pelayanan ICU, karena mengingat pasien yang dirawat di ruang ICU kondisinya kritis dan bisa mengancam nyawa. Kolaborasi interdisiplin tim kesehatan juga sangat diperlukan disini karena kompleksnya permasalahan penyakit yang dialami oleh pasien yang dirawat di ruang ICU.
Ruang ICU juga harus dilengkapi dengan perawat yang berkualifikasi ICU atau yang sudah mendapatkan pelatihan khusus perawatan intensif sebagai karakteristik pelayanan di ICU. Perawat di ICU mempunyai beberapa tugas yang berbeda dengan di unit perawatan biasa, antara lain memberikan bantuan hidup dasar pada pasien kritis sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, memonitor secara ketat keadaan pasien dan mencegah kemungkinan komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi. Rab (2007) mengklasifikasikan perawat ICU kedalam beberapa kriteria, yaitu perawat yang telah mendapatkan pelatihan perawatan intensif lebih dari 12 bulan ditambah dengan pengalamannya, perawat yang telah tersertifikasi perawatan kritis, dan perawat yang mampu sebagai trainer bagi perawat dibawahnya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan.
Berbagai peralatan khusus juga disediakan di ICU untuk mendukung penatalaksanaan terapi pasien kritis. Peralatan-peralatan tersebut antara lain bed site monitor, blood gas analysis on site, central monitor di nurse station, trolly emergency, alat resusitasi, mesin EKG, oxygen and suction central, defibrillator dan mesin ventilasi mekanik. Menurut Rab (2007) pada prinsipnya alat tersebut berfungsi sebagai alat monitoring dan alat bantu penatalaksanaan terapi pada pasien kritis.
Gambar Peralatan di Ruang ICU (Sumber gambar: http://www.mitrakeluarga.com)
Klasifikasi Pasien yang Membutuhkan Perawatan Kritis
Departemen Kesehatan Inggris (2000) dalam Comprehensive Critical Care yang dikutip oleh Jevon & Ewens (2009) mengklasifikasikan pasien yang membutuhkan perawatan kritis kedalam empat tingkatan yaitu tingkat nol, pertama, kedua dan ketiga. Hal ini juga sesuai dengan pengklasifikasian yang ditetapkan oleh Kemp et al (2011) dalam Intensive Care Society. Pengklasifikasiannya tersebut antara lain:
1.      Tingkat nol, dimana kebutuhan pasien dapat terpenuhi dengan perawatan dalam ruang perawatan normal di Rumah Sakit yang menangani kondisi akut.
2.   Tingkat pertama, untuk pasien beresiko memburuk kondisinya atau yang baru dipindahkan dari tingkat perawatan level diatasnya yang kebutuhannya dapat dipenuhi di ruang perawatan akut dengan bantuan perawat kritis.
3.   Tingkat kedua, untuk pasien yang membutuhkan monitoring dan intervensi yang lebih kompleks seperti halnya pasien dengan kegagalan salah satu sistem organ atau lebih atau pascaoperasi.
4.   Tingkat ketiga untuk pasien dengan kegagalan multi organ dengan bantuan kompleks termasuk bantuan pernapasan.
Sedangkan menurut Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Indonesia Nomor: HK.02.04/I/1966/11 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit bahwa kriteria pasien yang bisa masuk untuk dirawat di ruang intensif adalah:
1.   Golongan pasien prioritas satu
Golongan ini merupakan pasien kritis yang tidak stabil memerlukan terapi intensif dan tertitrasi seperti alat bantu ventilasi, alat penunjang fungsi organ atau sistem lain, infuse obat-obat vasoaktif/inotropik serta pengobatan lainnya secara kontinyu tertitrasi.
2.   Golongan pasien prioritas dua
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan peralatan canggih di ICU, sebab sangat beresiko jika tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan intensif menggunakan pulmonary arterial catheter.
3.   Golongan pasien prioritas tiga
Pasien golongan ini adalah pasien kritis yang tidak stabil status kesehatan sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya atau penyakit akutnya secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuhnya kecil


DAFTAR PUSTAKA

Jevon, P & Ewens, B. 2009. Pemantuan Pasien Kritis. Edisi Kedua. Alih Bahasa: Vidhia Umami. Jakarta: Erlangga Medical series

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor: HK.02.04/I/1966/11 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit. Jakarta

Kementrian Kesehatan RI. 2010. Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor: 1778/Menkes/SK/XII/2010, Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit. Jakarta

Kemp, P., et al. 2011. What is Intensive Care?. London: The intensive Care Society. Available at January 20, 2013. URL: http://www.ics.ac.uk/patients___relatives/what_is_intensive_care_

Rab, T. (2007). Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: PT Alumni.

University of California Davis Health System. 2009. Critical Care Service. California. Documentation Notice, CPT Codes 99291 – 99292.


NUMPANG SHARE:

Berita gembira untuk para pengguna android, saat ini android menyediakan aplikasi whaff di google play. Apakah aplikasi Whaff rewards tersebut? aplikasi tersebut adalah aplikasi yang dapat memberikan recehan dollar bagi pengguna aplikasi terserbut. Kenapa tidak..ketika kita menginstal aplikasi tersebut aja dengan login dan memasukan kode kunci untuk start aplikasi kita sudah mendapatkan 0.30$. Recehan dollar akan kita dapat kembali jika kita mendownload dan menginstal games atau aplikasi yang tersedia di whaff tersebut dengan besaran yang diperoleh sekitar 0.05$. semakin banyak mendownload aplikasi dan memainkan aplikasi yang disediakan di whaff tersebut, recehan dollar akan semakin terkumpul. Dollar tersebut dapat diuangkan melalui sistem Paypal. Proses penguangan menggunakan paypal sangat mudah, bisa anda cari di internet. Cara mendownload dan menginstal aplikasi whaff adalah sebagai berikut:

1.Klik Play Store
2.Search Whaff Reward
3.Download 
4.Login Via Facebook
5.Setelah Login Akan Di Suruh Masukin Kode, Masukin kode BS75512 Maka Akan Mendapatkan Bonus 0.30$
6.Download Applikasi Yang Tersedia Di Whaff, Setiap Aplikasi Dihargai "$" Berbeda Beda
7.Kumpulkan MINIMAL PAYOUT 10$ baru bisa diuangkan lewat paypal


Cobalah tidak akan merugi

Contact Us

Name

Email *

Message *