Cari Blog Ini

Thursday, 14 August 2014

PENTINGNYA INFORMASI PCI (PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION) BAGI PASIEN


EKSPLORING THE INFORMATION NEEDS OF PATIENTS WHO HAVE UNDERGONE PCI (PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION)
(TELAAH KASUS DENGAN JURNAL)


DODY SETYAWAN



I.               PENDAHULUAN

CAD (Coronary Artery Disease) atau sering kita sebut sebagai SKA (Sindrom Koronaria Akut) merupakan spektrum manifestasi akut dan berat yang merupakan keadaan kegawatdaruratan dari koroner akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dan aliran darah karena suatu penyempitan atau penyumbatan arteri koroner oleh proses aterosklerosis sehingga menimbulkan kondisi iskemi, injuri atau bahkan infark (Dennis & Vinay, 2007). CAD terdiri dari unstable angina, Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) dan ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI).
Pada kasus sebuah Rumah Sakit klien Tn. K (31 tahun) didiagnosa medis CAD STEMI anterior luas KILLIP I karena pada hasil EKG tanggal 2/11/2012 di IGD Rumah Sakit tersebut ditemukan adanya ST elevasi di lead I, avl, V4-V6 dan Q patologis di lead VI-V3 sehingga disebut miokard infark akut anteroseptal dan high lateral. Karena ada segmen ST elevasi sehingga disebut juga sebagai STEMI anterior luas. STEMI pada kasus klien tersebut termasuk pada Killip I karena tidak disertai dengan tanda klinis gagal jantung seperti tidak sesak napas, tidak oedem, tidak ada kardiomegali (berdasarkan hasil foto thorax tgl 3/11/12) dan tidak hepatomegali.
Berbagai tindakan keperawatan dan tindakan kolaboratif medis telah dilakukan untuk mengurangi nyeri dada sebelah kiri yang dikeluhkan klien, mempertahankan cardiac output dan mencegah adanya perluasan infark. Pain management yang sudah dilakukan antara lain dengan teknik relaksasi imaging disertai napas dalam terkontrol, membatasi aktivitas klien dan menganjurkan aktivitas bertahap. Sedangkan tindakan kolaboratif untuk mempertahankan cardiac output tetap baik dan mencegah perluasan infark maka diberikan terapi farmakologis seperti aspirin 1x81 mg dan clopidogrel 1x75 mg yang berfungsi sebagai anti agregesi platelet untuk mencegah thrombosis koroner, arixtra yang digunakan sebagai antikoagulan, bisoprolol yang merupakan beta blocker yang diberikan pada kondisi Left Ventricle Systole Dysfunction yang fungsinya untuk mengurangi kebutuhan oksigen miokard, menurunkan tekanan darah dan mencegah perluasan infark, captopril juga diberikan sebagai ACE inhibitor yang dapat menurunkan afterload ventrikel kiri sehingga mengurangi tekanan darah dan mempertahankan cardiac output, dan simvastatin untuk menurunkan kadar trigliserida dan menaikkan kadar HDL
Tindakan reperfusi koroner telah direncanakan untuk klien Tn. K supaya perfusi koroner kembali membaik. Tindakan reperfusi yang akan dilakukan adalah dengan PCI (Percutaneous Coronary Intervention) (Overbaugh, 2009). Tindakan ini merupakan pengalaman pertama bagi klien dan klien merasa cemas karena belum pernah mengetahui apa itu tentang PCI sebelumnya. Klien merasa cemas karena tidak tahu PCI itu seperti apa, bagaimana prosedurnya, tingkat kesakitannya saat dilakukan PCI dan apa efek samping dilakukannya PCI. Hal inilah yang menjadi fokus fenomena yang akan dibahas dalam paper Evidence Based Practice (EBP) ini, karena jika kecemasan klien terus berlanjut dan tidak segera ditangani akan menyebabkan perubahan hemodinamik yang nantinya akan terjadi penundaan untuk dilakukannya PCI.
Tindakan yang sudah dilakukan untuk mengurangi kecemasan pada klien Tn. K ini adalah memberikan atau menyampaikan informasi yang dibutuhkan klien seperti menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas yang diutarakan oleh klien. Persiapan psikologis klien sebelum dilakukannya tindakan PCI merupakan hal yang penting untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan atau komplikasi yang terjadi saat proses dilakukannya PCI. Persiapan psikologis yang bisa dilakukan selain dengan social support juga bisa dilakukan dengan pemberian informasi awal sebelum dilakukannya tindakan PCI (early education for pre PCI). Oleh karena itu paper EBP ini berfokus pada informasi-informasi apa yang dibutuhkan klien yang menjalani PCI yang nantinya bermanfaat untuk mengurangi kecemasan klien yang akan menjalani PCI.

II.            ANALISIS JURNAL
PCI (Percutaneous Coronary Intervention) yaitu tindakan yang dilakukan dengan penyuntikan bahan kontras ke dalam arteri koroner yang digunakan untuk menentukan lokasi, luas, dan keparahan sumbatan dalam arteri koroner. Kemudian jika sudah ditemukan sumbatan maka akan dipasangkan stein supaya koroner bebas dari sumbatan dan perfusi dapat kembali baik. Tindakan ini sebagai alternative popular saat ini yang mempunyai tingkat tindakan invasive yang lebih rendah dari CABG, proses recovery yang cepat, mengurangi tingkat resiko dan dapat lebih awal untuk kembali beraktivitas seperti semula. Tetapi karena tindakan ini merupakan tindakan segera dan penting maka tim medis sering melupakan informed concern dan pemberian informasi yang terkait sebelum, selama dan setelah PCI dan ini memungkinkan klien merasa cemas. Secara alami prosedur PCI akan menghasilkan kecemasan bagi klien baik kecemasan selama prosedur tindakan atau kecemasan kemungkinan komplikasi setelah tindakan. Kecemasan tersebut akan terasa lebih berat pada klien yang baru akan menjalani prosedur PCI ini untuk yang pertama kalinya
Hal inilah yang mendasari peneliti dalam jurnal dengan judul diatas untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi informasi apa saja yang dibutuhkan oleh klien yang akan menjalani prosedur PCI yang pertama kalinya. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif interpretative dengan jumlah sampel 10 partisipan (2 perempuan dan 8 laki-laki) yang berumur antara 37-79 tahun dengan kriteria inklusi: partsipant merupakan klien yang menjalani PCI untuk pertama kalinya, sedang menjalani PCI, dan bersedia untuk di follow up 2 minggu setelah discharge dari Rumah Sakit. Pengumpulan data dilakukan dengan face to face interview semi struktur menggunakan audio taped dan catatan. Penelitian ini juga sudah mendapatkan persetujuan etik dari University Human Research Ethics Committee and the Hospital Research Ethics Committee dan hospital cardiologist.
Hasil dari penelitian dalam jurnal ini dikategorikan kedalam 4 tema yaitu: kejadian yang mengarah ke nyeri dada, informasi sebelumnya, tentang prosedur dan gaya hidup. Pada kategori pertama yaitu pada kejadian yang mengarah pada nyeri dada, beberapa partisipan mengatakan bahwa itu terjadi karena dampak dari gangguan pencernaan, aktivitas yang berlebihan dan treatment. Kategori kedua tentang informasi sebelumnya, dijelaskan bahwa mereka mendapatkan informasi yang terbatas dari dokter, secara verbal sudah dijelaskan oleh dokter tetapi materi secara tertulis sangat sedikit sekali. Kategori ketiga tentang prosedur dimana hasil jurnal ini dijelaskan bahwa mereka beranggapan prosedur PCI ini sederhana dengan alasan menggunakan anestesi lokal, waktunya sebentar, tidak menimbulkan scars yang luas, memerlukan waktu rawat inap yang relative singkat, nyerinya minimal dan stresnya minimal. Sedangkan pada kategori ketiga tentang life style dikatakan bahwa mereka merasa keterbatasan dalam pemahaman dan kemampuan untuk memulai tingkatan aktivitas dan kehidupan yang normal kembali setelah dari Rumah Sakit termasuk didalamnya terkait informasi tentang resiko perdarahan atau bengkak yang kemungkinan akan terjadi, pengaturan nutrisi dan pengaturan pengobatannya selama di rumah.
Dari hasil tersebut, peneliti dalam jurnal tersebut menyampaikan bahwa pre educational dan post educational pada klien yang menjalani PCI untuk pertama kalinya sangat penting diberikan karena dapat mengurangi tingkat kecemasan dan ketakutan klien akan prosedur tersebut. Informasi yang dibutuhkan klien sebelum menjalani PCI antara lain makna dan tujuan dari tindakan PCI tersebut, indikasi, prosedur dan kemungkinan komplikasi dari tindakan PCI. Penyampaian informasi post procedural juga penting untuk disampaikan pada klien yang akan menjalani PCI yang pertama kali seperti pengobatan lanjutan di rumah setelah PCI, pengembalian aktivitas post PCI, identifikasi komplikasi dan management seperti managemen nutrisinya, gaya hidupnya serta akses yang mungkin bisa digunakan untuk pengobatan medis selama di rumah. Penyampaian informasi tersebut tidak hanya secara verbal melainkan secara tertulis juga perlu dilakukan supaya klien lebih mudah mengingat dan memahami informasi yang diberikan
Pemberian informasi tersebut baik informasi yang terkait sebelum dilakukannya tindakan PCI, selama dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan pada fase rehabilitasi di rumah sangat penting untuk mengurangi dan menurunkan kecemasan klien yang akan menjalani PCI yang pertama kalinya. Jika kecemasan tersebut tidak ditangani, akan berpengaruh pada kesiapan klien untuk menjalani prosedur tersebut dan kemungkinan bisa terjadi penundaan tindakan yang nantinya berakibat terhadap perluasan infark miokard. Karena dengan adanya perasaan cemas dan takut tersebut akan memicu saraf simpatis untuk hiperaktivitas. Saraf simpatis ini akan menstimulus medulla adrenal melepaskan katekolamin (epineprin dan norpineprin) yang salah satunya bisa menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah ke jantung. Hal ini akan mempengaruhi kontraksi jantung, kemampuan konstraksi jantung jadi menurun sehingga aliran darah ke jaringan berkurang termasuk paru sehingga untuk mencukupi kebutuhan oksigen maka tubuh melakukan kompensasi dengan menaikkan frekuensi pernapasan. Selain itu untuk mencukupi pasokan kebutuhan oksigen tubuh juga terjadi peningkatan heart rate sebagai bentuk kompensasinya (Sole, et al, 2009). Perubahan-perubahan hemodinamik tersebut akan mempengaruhi dalam proses PCI.
                       
Metode pencarian jurnal ini adalah dengan menggunakan Google search engine dengan kata kunci early education, Percutaneous Coronary Intervention, dan Myocardial infarction.


III.         PEMBAHASAN
PCI digunakan untuk terapi reperfusi pada klien yang mengalami miokard infark karena oklusi pada koroner. Oklusi ini disebabkan karena adanya aterosklerosis pada klien. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian aterosklerosis, seperti halnya pada kasus Tn. K ini mempunyai riwayat merokok ½ bungkus per hari selama 15 tahun, minum kopi 4 gelas per hari dan hal ini akan memicu tingginya kadar trigliserida dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Trigliserida merupakan lemak darah yang berada pada lapisan kedua LDL yang menempel pada pembuluh darah dan menyebabkan penimbunan lemak yang nantinya akan berlanjut menjadi aterosklerosis. Hal ini dibuktikan dengan hasil lab tgl 2/11/12 yang menyebutkan bahwa kadar trigliserida klien tersebut 375 mg/dL (H) dan HDL 21 mg/dL (L). Plak aterosklerosis rentan terhadap terjadinya ruptur karena inti lipid besar, fibrous cups tipis, dan plak penuh dengan aktivitas sel-sel inflamasi seperti limfosit T dan lain sebagainya sehingga akan mengeluarkan zat vasoaktif (kolagen, inti lipid, makrofag dan faktor jaringan) ke dalam aliran darah, merangsang agregasi dan adesi trombosit serta pembentukan fibrin, membentuk trombus atau proses trombosis (Depkes RI, 2006). Thrombus yang terbentuk tersebut akan menyebabkan oklusi koroner total yang menetap dan jika tidak dikompensasi oleh kolateral maka keseluruhan lapisan miokard mengalami nekrosis (Q-wave infarction) sehingga dikenal juga dengan STEMI. Trombus yang terbentuk bersifat stabil dan persisten yang menyebabkan perfusi miokard terhenti secara tiba-tiba yang berlangsung lebih dari 1 jam dan menyebabkan nekrosis miokard transmural. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan PCI dengan segera supaya tidak terjadi perluasan infark.
Persiapan psikologis klien sebelum dilakukan PCI merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perawat. Klien Tn. K ini baru pertama kalinya akan menjalani prosedur PCI sehingga klien mengalami kecemasan. Kecemasan klien yang berlebihan dan tidak ditangani akan berakibat pada hemodinamik yang tidak stabil yang nantinya akan berpengaruh pada penundaan tindakan yang berakibat kemungkinan terjadinya perluasan infark.
Saat Tn. K diindikasikan oleh tim medis untuk dilakukan tindakan PCI, Tn. K pada kasus ini hanya mendapatkan penjelasan secara verbal dan singkat dari dokter tersebut terkait prosedur singkatnya. Keluarga pun yang pada waktu itu istrinya yang mewakili juga tidak diberikan penjelasan yang detail terkait PCI. Tim medis hanya mengatakan Tn. K akan dilakukan PCI yang nantinya akan dipasang sejenis cincin (stein) pada pembuluh darah jantungnya. Hal ini tidak sesuai dengan yang direkomendasikan dari jurnal judul diatas yang diambil bahwa dalam jurnal dikatakan informasi yang diberikan harus detail baik terkait pre educational sebelum tindakan PCI, prosedur PCI nya dan bahkan hal-hal yang harus diperhatikan setelah post PCI dan post educational untuk rehabilitasi di rumah. Penyampaian informasipun seharusnya tidak hanya secara verbal saja tetapi harus didukung dengan adanya informasi tertulis supaya klien lebih mudah memahami, karena jika hanya secara verbal saja dan tidak detail justru kemungkinan akan menimbulkan ketidakpahaman bahkan bisa salah pengertian. Ketidakpahaman ini nantinya akan menyebabkan kecemasan klien menjadi meningkat. Hal ini juga terjadi pada klien Tn. K, bahwa setelah diberikan penjelasan singkat dari tim medis, Tn. K masih mengeluh cemas karena masih kurangnya informasi terkait PCI tersebut.
Disini peran perawat adalah mempersiapkan psikologis klien dengan mengurangi kecemasan klien yang diakibatkan karena kurangnya informasi terkait PCI tersebut. Perawat akan mengidentifikasi sejauh mana pemahaman klien terhadap tindakan PCI yang sudah diberikan penjelasan oleh tim medis sebelumnya. Dari hasil identifikasi tersebut, perawat akan memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh klien dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari klien supaya klien memahami dan mengerti tentang tindakan PCI tersebut baik persiapan pemahaman dan psikologis sebelum dilakukan PCI, saat dilakukan PCI dan setelah dilakukan PCI termasuk pengaturan gaya hidupnya dirumah untuk rehabilitasi. Jadi seorang perawat harus memahami bahwa waktu penyampaian informasi dan kuantitas serta kualitas informasi sangatlah penting. Penyampaian informasi yang tidak tepat akan membuat ketidakpahaman klien. Perawat seharusnya dalam menyampaikan informasi juga memastikan bahwa klien memahami dan menyadari tentang informasi yang disampaikan seperti makna, tujuan, indikasi dan kontraindikasi pengobatan setelah pulang post PCI. Menurut hasil literature review dari Genz yang dikutip oleh Barbara Leeper (2004) dikatakan bahwa klien perlu membutuhkan informasi terkait PCI antara lain outcome dari prosedur PCI, anatomy dan fisiologi jantung terkait prosedur PCI, faktor-faktor resiko terjadinya komplikasi seperti perdarahan dan hematoma, perubahan gaya hidup yang harus diterapkan di rumah dan pengobatan yang harus dijalani di rumah.
Pemberian informasi yang lengkap, detail secara verbal dan tertulis inilah yang diharapkan meningkatkan pemahaman klien terhadap tindakan PCI yang nantinya dapat mempersiapkan psikologis klien dengan mengurangi tingkat kecemasan klien. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Tooth et al yang juga dikutip oleh Barbara Leeper (2004) tentang pengaruh precoronary angioplasty education dan konseling post prosedur terhadap pengetahuan dan status psikologis klien menunjukkan bahwa klien yang mendapatkan pendidikan dan konseling terkait PCI tersebut terjadi peningkatan pengetahuan dan penurunan tingkat kecemasan.


IV.         SIMPULAN DAN SARAN
A.      Simpulan
Tindakan Percutaneous Coronary Intervention (PCI) merupakan salah satu tindakan reperfusi koroner supaya tidak terjadi perluasan infark miokard. Banyak hal yang harus dipersiapkan oleh klien yang akan menjalani prosedur PCI ini antara lain secara fisik klien harus siap, hemodinamik stabil, secara biaya juga siap karena mengingat biaya PCI yang tergolong mahal, dan persiapan psikologisnya. Persiapan psikologis klien bisa dilakukan dengan mengurangi kecemasan klien akibat kurangnya informasi terkait PCI tersebut sehingga peran perawat adalah memberikan informasi yang dibutuhkan oleh klien seperti menjelaskan secara verbal dan tertulis terkait tujuan dilakukan PCI, prosedurnya, kemungkinan komplikasi, pengobatan selama di rumah dan pengaturan gaya hidup setelah post PCI.

B.       Saran
Diharapkan kedepannya dapat dilakukan pengidentifikasian terhadap tim medis dan perawat Rumah Sakit terkait sejauh mana peran mereka dalam menerapkan early educational pada klien yang akan menjalani prosedur PCI.




DAFTAR PUSTAKA


Corones, Katina and Coyer, Fiona M. and Theobald, Karen A. 2009.  Exploring The Information Needs Of Patients Who Have Undergone PCI. British Journal of Cardiac Nursing, 4(3). p. 123.
Dennis, B., &  Vinay, K. 2007. Jantung. Alih Bahasa: Hartanto Huriawati, Darminiah Nurwani, Wulandari Nanda, 2007. Buku Ajar Patologi; Robbins (Edisi 7), Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner Fokus Sindrom Koroner Akut. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Ditjen Bina kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Leeper, B. 2004. Nursing Outcomes Percutaneous Coronary Intervention. Journal of Cardiovascular Nursing Vol. 19, No, 5, pp 345-353: Lippincott Williams & Wilkins, Inc.

Overbaugh, K. J. 2009. Acute Coronary Syndrome, American Journal Nursing, 109 (5), 42 – 52.

Sole, M. L., Klein, D. D., & Moseley, M. J. 2009. Introduction to Critical Care Nursing (5 ed.). Missouri: Saunders Elsevier.
  




NUMPANG SHARE:

Berita gembira untuk para pengguna android, saat ini android menyediakan aplikasi whaff di google play. Apakah aplikasi Whaff rewards tersebut? aplikasi tersebut adalah aplikasi yang dapat memberikan recehan dollar bagi pengguna aplikasi terserbut. Kenapa tidak..ketika kita menginstal aplikasi tersebut aja dengan login dan memasukan kode kunci untuk start aplikasi kita sudah mendapatkan 0.30$. Recehan dollar akan kita dapat kembali jika kita mendownload dan menginstal games atau aplikasi yang tersedia di whaff tersebut dengan besaran yang diperoleh sekitar 0.05$. semakin banyak mendownload aplikasi dan memainkan aplikasi yang disediakan di whaff tersebut, recehan dollar akan semakin terkumpul. Dollar tersebut dapat diuangkan melalui sistem Paypal. Proses penguangan menggunakan paypal sangat mudah, bisa anda cari di internet. Cara mendownload dan menginstal aplikasi whaff adalah sebagai berikut:

1.Klik Play Store
2.Search Whaff Reward
3.Download 
4.Login Via Facebook
5.Setelah Login Akan Di Suruh Masukin Kode, Masukin kode BS75512 Maka Akan Mendapatkan Bonus 0.30$
6.Download Applikasi Yang Tersedia Di Whaff, Setiap Aplikasi Dihargai "$" Berbeda Beda
7.Kumpulkan MINIMAL PAYOUT 10$ baru bisa diuangkan lewat paypal

Cobalah tidak akan merugi

3 comments:

  1. Hahaha....makasih banyak kunjungannya pak bro...ni masih belajar ngeblog pak...hahaha

    ReplyDelete
  2. Tukeran link blog yah mas... www.ruslanpinrang.blogspot.com/

    ReplyDelete

Contact Us

Name

Email *

Message *