Pasien Kritis & Permasalahannya
|
(Sumber Gambar: http://dolphinwishes.wordpress.com) |
Disusun oleh: Dody Setyawan
Definisi
Pasien Kritis
Pasien yang
datang di Rumah Sakit dianggap dalam kondisi kritis jika terdapat karakteristik
yang berupa perubahan patofisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai
intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya yang
dapat mengancam jiwa dan menyebabkan kematian (Rab, 2007). Pasien kritis ini
dapat bersifat kritis akut dan kritis kronis.
Pasien kritis
akut merupakan pasien dengan kondisi akut karena suatu penyakit akut atau
trauma yang memerlukan penanganan segera sesaat setelah kejadian karena
beresiko mengancam nyawa jika tidak segera ditangani. Pasien dengan penyakit
kritis akut bisa melibatkan gangguan satu atau lebih organ tubuh yang sesuai
dengan riwayatnya atau gangguan beberapa sistem seperti kardiovaskuler,
gastrointestinal, muskuloskeletal, imunitas dan pernapasan (Britt et al, 2005).
Contoh dari pasien kritis akut antara lain trauma berat, sindrom koroner akut
(SKA), gagal ginjal akut, acute
respiratory distress syndrome (ARDS) dan gagal napas akut. Karakteristik
pasien kritis akut biasanya sesuai dengan kondisi akut yang mendasarinya
seperti pada pasien SKA akan terjadi nyeri akut diikuti dengan ketidakstabilan
hemodinamik dan pasien trauma seperti moderate
dan severe head injury akan terjadi
nyeri kepala hebat diikuti gangguan neurologis seperti penurunan kesadaran dan
koma (Fink et al, 2005). Pasien kritis akut dengan kondisi yang memburuk
diikuti dengan kegagalan sistem tubuh yang lain atau bahkan terjadinya infeksi
bisa menyebabkan terjadinya transisi dari pasien kritis akut menjadi kritis
kronis.
Pasien kritis
kronis merupakan pasien dengan penyakit kritis yang berkembang dari penyakit
kritis akut yang membutuhkan perawatan khusus tingkat tinggi dalam beberapa
bulan bahkan tahun di ruang rawat intensif (Neil, 2012). Menurut Nelson et al
(2010) pasien kritis kronis dapat didefinisikan sebagai pasien kritis yang
menggunakan ventilasi mekanik dalam waktu yang lama, atau mendapatkan terapi
intensive yang lama, pasien kritis akut yang dirawat dalam waktu yang lama atau
menahun. Selain itu Wiencek dan Winkelmen (2010) mengatakan bahwa penyakit
kritis kronis selain disebabkan karena transisi dari penyakit kritis akut juga
terjadi karena riwayat penyakit kronisnya yang menyebabkan disfungsi organ,
abnormalitas kondisi fisik dan penurunan imunologi serta neuroendokrin. Lamanya
pasien kritis kronis dirawat mengakibatkan munculnya beberapa gejala yang
menjadi karakteristik pasien kritis kronis. Karakteristik tersebut antara lain adanya kelemahan seperti myopati
dan neuropati, penurunan massa tubuh, peningkatan adipose, oedem anasarka,
penurunan aktivitas, sangat rentan infeksi multiresisten organisme, gangguan otak seperti koma dan delirium
sementara atau permanent, luka tekan dan gejala dasar dari penyakit akut awal
atau penyakit kronisnya seperti takypnea, stress ulcer, sesak napas dan nyeri
berat (Nelson et al, 2010). Contoh dari penyakit kritis kronis adalah semua
penyakit kritis baik yang diawali dengan penyakit kronis atau akut yang
mendapatkan perawatan lama di ruang intensive dalam rentang 15-25 hari dengan
komplikasi atau tidak, termasuk Multiple
Organ Dysfungtion Syndrome (Wiencek dan Winkelmen, 2010).
Permasalahan
Pada Pasien Kritis
Berbagai
permasalahan sering dialami oleh pasien kritis yang dirawat di ruang rawat
intensif yang meliputi permasalahan fisiologis maupun psikologis. Menurut Patient and Family Support Committee of the Society of Critical Care Medicine (2002)
bahwa permasalahan umum yang sering terjadi pada pasien kritis yang dirawat di
ruang rawat intensif antara lain gangguan neurologis, perdarahan,
ketidakstabilan hemodinamik dan cairan elektrolit, syok, gagal napas akut dan
kronik, infeksi nosokomial, gagal ginjal, nyeri dada, sepsis serta Multiple Organ Dysfunction Syndrome
(MODS). Selain itu pasien kritis juga cepat berkembang ke arah malnutrisi
karena adanya respon inflammatory, stress metabolik, dan bed rest total yang semuanya menyebabkan perubahan katabolisme
tubuh (Berger & Pichard, 2012).
Gangguan
neurologis yang sering dijumpai pada pasien kritis terutama karena penyakit
neurologis antara lain mengantuk, tidak sadar, gelisah dan rasa kebingungan,
sehingga perlu tindakan sedasi dan restrain pada pasien untuk mencegah bahaya
cedera. Selain itu, perdarahan yang sering terjadi pada pasien kritis adalah stress ulcer, dimana masalah ini bisa
juga terjadi karena medikasi yang diberikan saat perawatan di ICU (Society of Critical Care Medicine,
2002). Gagal napas juga bisa terjadi pada pasien kritis yang dirawat lama di
ruang ICU karena mengalami kelemahan akibat dari bed rest total sehingga melemahkan otot pernapasan yang
mengakibatkan gagal napas (Fink et al, 2005).
Menurut Society of Critical Care Medicine (2002)
permasalahan pasien kritis berupa sepsis, gagalnya fungsi satu organ bahkan
sampai MODS dapat disebabkan karena adanya infeksi nosokomial. Infeksi
nosokomial yang diperoleh pasien kritis dipengaruhi oleh imunitas pasien itu
sendiri, kontaminasi lingkungan dan healthcare
worker, serta penggunaan prosedur-prosedur invasive yang tidak steril dan
tidak dirawat dengan baik seperti kateter urin, central vena and arterial catheter, dan intubasi endotrakea.
Alat-alat tersebut bisa mempengaruhi sistem perlindungan normal mukosa kulit
sehingga sangat rentan terjadinya infeksi nosokomial.
Hasil penelitian
dari World Health Organization (WHO)
(2002), angka kejadian infeksi nosokomial di ruang rawat intensif 5-10 kali
lebih tinggi jika dibandingkan dengan ruang bedah dan ruang bangsal ortopedi.
Menurut Shaikh et al (2008) banyak perhatian yang diberikan pada pasien kritis
di ruang intensif untuk meminimalis terjadinya infeksi nosokomial seperti cuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien ataupun peralatan invasive yang
terpasang pada pasien, teknik aseptik saat prosedur invasive termasuk insersi
kateter urin, perawatan yang optimal serta melepas alat invasive tersebut
sedini mungkin jika sudah ada indikasi untuk dilepas.
DAFTAR
PUSTAKA
Berger,
M & Pichard, C. 2012. Best timing for
energy provision during critical Illness. Berlin: Springer-Verlag Berlin
Heidelberg.
Britt
H., et al. 2005. General Practice
Activity in Australia 2004-05. AIHW Cat. no. GEP 18. Canberra: Australian
Institute of Health and Welfare.
Fink,
M., et al. 2005. Textbook of Critical
Care. Fifth Edition. Book 3. Pennsylvania: Elsevier Inc.
Rab,
T. (2007). Agenda Gawat Darurat (Critical
Care). Bandung: PT Alumni.
Society
of Critical Care Medicine. 2002. Patient
and Family Resources: ICU Issues and Answer Brochures. Chicago: Society of
Critical Care Medicine
Neil,
M. 2012. Chronic Critical Illness: The
Growing Challenge to Health Care. The Journal Respiratory Care Company. Respiratory
Care, Volume 57, Number 6, June 2012 , pp. 1021-1027(7).
Nelson,
J. 2010. Chronic Critical Illness.
New York. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine vol 182. pp
446–454
Wiencek,
C & Winkelman, C. 2010. Chronic
Critical Illness Prevalence, Profile, and Pathophysiology. AACN Advanced
Critical Care Volume 21, Number 1, pp.44–61. AACN
WHO.
2002. Prevention of Hospital Acquired
Infections: A Practical Guide 2nd Edition. United Stated: World
Health Organitation Department of Communicable Disease, Surveillance and
Response.
Shaikh,
JM., et al. 2008. Frequency, Pattern and
Etiology of Nosocomial Infection in Intensive Care Unit: An Experience at A
Tertiary Care Hospital. Pakistan. J Ayub Med Coll Abbottabad;20(4).
NUMPANG SHARE:
Berita gembira untuk para pengguna android, saat ini android menyediakan aplikasi whaff di google play. Apakah aplikasi Whaff rewards tersebut? aplikasi tersebut adalah aplikasi yang dapat memberikan recehan dollar bagi pengguna aplikasi terserbut. Kenapa tidak..ketika kita menginstal aplikasi tersebut aja dengan login dan memasukan kode kunci untuk start aplikasi kita sudah mendapatkan 0.30$. Recehan dollar akan kita dapat kembali jika kita mendownload dan menginstal games atau aplikasi yang tersedia di whaff tersebut dengan besaran yang diperoleh sekitar 0.05$. semakin banyak mendownload aplikasi dan memainkan aplikasi yang disediakan di whaff tersebut, recehan dollar akan semakin terkumpul. Dollar tersebut dapat diuangkan melalui sistem Paypal. Proses penguangan menggunakan paypal sangat mudah, bisa anda cari di internet. Cara mendownload dan menginstal aplikasi whaff adalah sebagai berikut:
1.Klik Play Store
2.Search Whaff Reward
3.Download
4.Login Via Facebook
5.Setelah Login Akan Di Suruh Masukin Kode, Masukin kode BS75512 Maka Akan Mendapatkan Bonus 0.30$
6.Download Applikasi Yang Tersedia Di Whaff, Setiap Aplikasi Dihargai "$" Berbeda Beda
7.Kumpulkan MINIMAL PAYOUT 10$ baru bisa diuangkan lewat paypal
Cobalah tidak akan merugi