INTERVENSI TERAPI
MUSIK RELAKSASI DAN SUARA ALAM
(NATURE SOUND) TERHADAP TINGKAT NYERI DAN
KECEMASAN PASIEN: LITERATURE REVIEW
Intervention of Relaxation Music Therapy and Nature
Sound to Pain and Anxiety Level of Patient: Literature Review
Dody Setyawan
ABSTRAK
Penatalaksanaan
nyeri dan kecemasan yang dialami oleh pasien dapat dilakukan dengan pendekatan
farmakologis dan non-farmakologis. Pemberian analgetik dan sedatif tidak bisa
langsung menghilangkan nyeri dan kecemasan pasien bahkan jika berlebihan bisa
menimbulkan depresi pernapasan dan ketidakstabilan kardiovaskuler sehingga
perlu dilengkapi dengan pendekatan non-farmakologis seperti penggunaan terapi
musik relaksasi dan suara alam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana efektifitas musik relaksasi, suara alam dan kombinasi keduanya
terhadap nyeri dan kecemasan pasien. Metode yang digunakan adalah literature review dengan studi
kepustakaan dan pencarian elektronik yang menggunakan search engine EBSCOhost (MEDLINE), GALE (infotract.galegroup) dan google dengan kata kunci yang digunakan
yaitu patients, anxiety, pain,
relaxation, music, dan nature.
Kriteria pemilihan sumber antara lain artikel, karya ilmiah atau buku yang
membahas tentang teknik relaksasi, terapi musik, dan suara alam yang difokuskan
pada nyeri dan kecemasan serta dipublikasikan tahun 2002-2012 dengan bahasa
Indonesia atau bahasa Inggris. Hasil dari pencarian didapatkan 20 artikel
penelitian (dua diantaranya systematic
review) yang memenuhi kriteria.
Hasil review dari beberapa artikel penelitian tersebut menunjukkan bahwa 76% perawatan
standar ruangan yang dikombinasikan dengan terapi musik lebih efektif
menurunkan tingkat kecemasan dan 76,2% efektif menurunkan tingkat nyeri pada
pasien dibandingkan tanpa terapi musik. 75% perawatan standar yang
dikombinasikan dengan terapi suara alam lebih efektif menurunkan kecemasan dan
100% efektif menurunkan tingkat nyeri pasien dibandingkan tanpa terapi suara
alam. Perawatan standar yang dikombinasikan dengan gabungan antara terapi musik
relaksasi dan suara alam menunjukkan bahwa 100% efektif menurunkan nyeri dan kecemasan
pasien. Intervensi keperawatan non-farmakologis seperti terapi musik, suara
alam dan kombinasi keduanya bukan bersifat menggantikan fungsi manajemen nyeri
dan kecemasan pasien namun sebagai pelengkap intervensi farmakologi dalam
tatanan klinik.
Kata Kunci: kecemasan, musik relaksasi, nyeri,
suara alam
ABSTRACT
Management of pain and anxiety experienced
by patients can be performed with pharmacologic and non pharmacologic
approaches. Providing analgesic and sedative can’t immediately relieve pain and
anxiety of patients even if excessive can cause respiratory depression and
cardiovascular instability, so it needs to be equipped with non pharmacologic
approaches such as the use of relaxation music therapy and nature sounds. The
aim of this study was determine the extent to which the effectiveness of relaxation
music, nature sounds and combination of both to the patient's pain and anxiety.
The method was literature review with library studying and electronic searching
by search engine EBSCOhost (MEDLINE), GALE (infotract.galegroup) and google
with keyword patients, anxiety, pain, relaxation, music, and nature. Source
selected criteria such us articles, scientific work or books about relaxation
techniques, music and nature sound therapy which focused in pain and anxiety, published
in 2002-2012 with Indonesian or English. The result of search, there were 20
research articles (two of them were systematic review). The result of review
from that research articles showed that 76% standard care which combined with music
therapy more effective to reduce anxiety and 76,2% effective to reduce pain of
patients than without music therapy. 75% standard care which combined with nature
sound more effective to reduce anxiety and 100% effective to reduce pain than
without nature sound therapy. Standard care which combined with relaxation
music and nature sound showed that 100% effective to reduce pain and anxiety of
patients. Non pharmacologic nursing intervention such us music therapy, nature
sound, and combine of both were not replacing the function of management pain
and anxiety of patients but as complementary pharmacologic intervention in
clinic.
Keyword:
anxiety, relaxation music, pain, nature sound
PENDAHULUAN
Kecemasan
dan rasa nyeri pasti pernah dirasakan oleh semua orang. Kecemasan bisa
dirasakan orang sehat maupun sakit sebagai sebuah bentuk kekhawatiran terhadap
sesuatu. Rasa cemas menjadi hal yang sering dirasakan oleh setiap orang
misalnya cemas saat menghadapi ujian, saat menanti kelahiran anak pertama, dan cemas
menghadapi sesuatu yang baru pertama dilakukan. Kecemasan juga dirasakan oleh
orang yang sakit, misalnya cemas karena prognosis penyakitnya yang tidak
membaik, biaya pengobatan yang tinggi, ketidaknyamanan fisik, saat akan
menghadapi prosedur operasi atau tindakan medis yang lain serta cemas takut
mati karena keganasan penyakitnya. Lingkungan yang baru dan adanya suara-suara
disekitar pasien dimana mereka dirawat juga akan menimbulkan rasa cemas. Kecemasan-kecemasan
tersebut juga dirasakan oleh pasien dengan kondisi kritis terkait kondisi
penyakitnya yang dapat memburuk dengan tiba-tiba. Kecemasan cenderung merangsang
keluarnya epineprin dan norepineprin sehingga meningkatkan
denyut jantung, frekuensi napas, kebutuhan oksigen jantung dan tekanan darah.
Hal ini sangat beresiko pada pasien kritis seperti halnya pasien dengan
penyakit jantung karena bisa menimbulkan kematian yang mendadak (Bradt &
Dileo, 2009).
Nyeri
juga sering dirasakan pada pasien dengan penyakit-penyakit tertentu atau yang
sedang mendapatkan tindakan invasif tertentu misalnya pasien dengan post
operasi CABG (Coronary Artery Bypass
Graft) atau bedah jantung, prosedur medis, prosedur biopsi, pasien kanker, dan
pasien dengan transplantasi sumsum tulang. Selain itu nyeri juga identik
dirasakan pada pasien dengan kondisi kritis karena banyaknya prosedur invasive
sebagai bentuk penatalaksanaan terapinya, seperti halnya pasien yang
menggunakan alat bantu nafas ventilasi mekanik dengan terpasang endhotrakheal tube atau tracheostomy tube. Nyeri tersebut bisa
sebagai bentuk tanda dan gejala dari suatu penyakit tetapi juga bisa sebagai
bentuk kerusakan jaringan tubuh karena prosedur medis invasif. Nyeri yang
kuantitasnya sering dirasakan pasien maka dapat memicu timbulnya kecemasan atau
sebaliknya kecemasan yang berlebihan pada pasien akan memperberat rasa nyeri
yang dialaminya. Semakin tinggi tingkat kecemasannya maka nyeri yang dirasakan
juga semakin bertambah dan bisa menghambat proses penyembuhan (Susanne et al,
2011).
Berdasarkan
hasil observasi di beberapa rumah sakit umum pusat atau daerah bahwa rata-rata
nyeri dan kecemasan yang dialami oleh pasien yang dirawat di rumah sakit terutama
pasien kritis berada pada kategori tingkat sedang dan berat, sehingga perlu
penatalaksanaan yang tepat. Managemen yang tepat dalam penanganan nyeri dan kecemasan
yang dialami oleh pasien harus diterapkan oleh tim medis, perawat dan tim
kesehatan yang lain sesuai bidangnya. Managemen kecemasan dan nyeri yang bisa
dilakukan adalah dalam bentuk farmakologis dan non-farmakologis. Pemberian
terapi farmakologis seperti analgetik dan sedatif tidak bisa langsung
menghilangkan nyeri dan kecemasan yang dialami pasien baik pasien yang mendapatkan
prosedur invasif atau pasien kritis. Penggunaan obat tersebut juga mempunyai
efek samping terjadinya depresi pernapasan dan ketidakstabilan kardiovaskuler jika
berlebihan (Gregory et al, 2003). Hal ini seperti yang dituliskan dalam
disertasi Ling Chun Chiang (2012) bahwa pada pasien penyakit tahap lanjut
seperti pasien kanker lanjut yang menghadapi proses kematian maka nyeri dan
kecemasan akan sangat dirasakan dan sulit dikelola dengan penggunaan terapi
farmakologis. Dengan demikian dalam pengelolaan nyeri dan kecemasan pasien
perlu adanya tambahan pendekatan non-farmakologis seperti teknik relaksasi.
Badan
penelitian kesehatan dan kualitas perawatan kesehatan di Ronchester, Minnesota
merekomendasikan bahwa managemen nyeri dan kecemasan bisa dilakukan dengan
teknik relaksasi seperti musik dan suara alam (nature sound), distraksi misalnya gambar alam yang ditempatkan di
ruangan perawatan, hipnosis dan guided
imagery (Susanne et al, 2011 & Gregory et al, 2003). Terapi relaksasi
telah dipostulat sebagai terapi yang mampu menurunkan status emosional dan
menginduksi kedalam keadaan dominasi parasimpatis melalui penenang korteks
serebral. Teknik relaksasi menunjukkan efek terapetik yang significant seperti
menurunkan kecemasan, nyeri dan mengurangi beban kerja saraf simpatis pasien.
Teknik relaksasi yang akhir-akhir ini banyak diterapkan adalah dengan terapi
musik relaksasi. Musik sebagai terapi integratif yang positif untuk mengurangi
kecemasan dan nyeri pasien (Doris et al, 2005). Musik yang lembut seperti musik klasik, jazz
dan pop mampu mengendorkan beban kerja sistem saraf dan organ tubuh (Firman
Faradisi, 2009). Penelitian Dileo tahun 1995 dan 2007 yang terdokumentasikan dan
dipublikasikan dalam The Cochrane Library
(2009) menyatakan bahwa musik memberikan pengaruh terhadap nyeri dan kecemasan pasien
sebelum dan setelah pembedahan, pasien onkologi, pasien pediatric, pasien kritis dan pasien yang mendapatkan prosedur
invasif. Selain itu musik juga berpengaruh terhadap tekanan darah, denyut
jantung dan kerja neurology.
Mendengarkan
suara alam juga merupakan salah satu teknik relaksasi. Suara alam seperti suara
air hujan, aliran sungai, suara burung di hutan, suara ombak pantai dan suara
hembusan angin merupakan suara-suara yang dekat dengan setiap orang dalam
kehidupan sehari-harinya tetapi penggunaan suara alam tersebut dalam tatanan
klinik masih jarang dilakukan. E.O.Wilson dalam bukunya Biophilia mengemukakan
bahwa manusia memiliki daya tarik bawaan dengan alam sehingga interaksinya
dengan alam memiliki efek terapetik terhadap manusia itu sendiri (Noah Letchtzin
et al, 2005)
Berdasarkan
hal diatas maka perlu dilakukan literature
review untuk mengetahui sejauh mana efektifitas musik relaksasi, suara alam
dan kombinasi keduanya terhadap nyeri dan kecemasan pasien.
METODE PENELITIAN
Bentuk
penelitian ini adalah literature review.
Sumber-sumber didapat dari studi kepustakaan dan hasil pencarian elektronik
yang menggunakan search engine
EBSCOhost (MEDLINE), GALE (infotract.galegroup)
dan google dengan kata kunci yang digunakan untuk pencarian jurnal
internasional yaitu patients, anxiety,
pain, relaxation, music, dan nature,
sedangkan untuk jurnal nasional yaitu pasien, cemas, nyeri, relaksasi, musik,
dan suara alam. Kriteria yang ditetapkan dalam proses seleksi sumber-sumber
yang digunakan adalah (1) Artikel, karya ilmiah dan buku yang membahas tentang
teknik relaksasi, terapi musik, dan suara alam pada pasien yang difokuskan pada
nyeri dan kecemasan pasien, (2) Dipublikasikan
tahun 2002-2012, (3) metode penelitian yang digunakan dalam artikel yang
didapat adalah eksperimental dan (4) Menggunakan bahasa Inggris atau Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
dari pencarian didapatkan 20 artikel (dua diantaranya systematic review) yang memenuhi kriteria. Hasil review dari beberapa penelitian
didapatkan ada 76% (dari 25 penelitian) yang menunjukkan bahwa perawatan
standar ruangan yang dikombinasikan dengan terapi musik lebih efektif dalam
menurunkan kecemasan dan 76,2% (dari 21 penelitian) terapi musik tersebut juga
efektif dalam menurunkan tingkat nyeri pasien dibandingkan dengan perawatan
standar ruangan tanpa terapi musik. 75% (dari empat penelitian) perawatan
standar yang dikombinasikan dengan terapi suara alam menunjukkan lebih efektif
dalam menurunkan kecemasan dan 100% dari dua hasil penelitian juga mengatakan
suara alam efektif menurunkan tingkat nyeri pasien jika dibandingkan dengan
perawatan standar ruangan tanpa terapi suara alam. Jika dibandingkan antara terapi
musik dan suara alam maka diketahui ada satu penelitian yang mengatakan bahwa
musik lebih efektif dalam menurunkan kecemasan dibandingkan dengan suara alam,
akan tetapi sampel yang digunakan adalah orang dengan kondisi sehat. Perawatan
standar yang dikombinasikan dengan gabungan antara terapi musik relaksasi dan
suara alam menunjukkan bahwa 100% (dari dua penelitian) terapi kombinasi
tersebut efektif dalam menurunkan kecemasan dan nyeri pasien jika dibandingkan
dengan perawatan standar tanpa kombinasi terapi tersebut (Tabel 1, 2, dan 3). Rata-rata jenis musik relaksasi yang digunakan
dalam beberapa penelitian tersebut adalah jenis musik yang lembut, musik klasik
dan musik tradisional yang semuanya tidak menggunakan lirik dengan beat 60-80 beat per minutes (bpm). Suara alam yang digunakan dalam
penelitian-penelitian tersebut rata-rata adalah suara burung di hutan, suara
gemericik air hujan, suara katak di persawahan, suara gelombang dan hembusan
angin pantai serta suara air terjun. Hasil review juga menjelaskan bahwa terapi
ini didengarkan selama lebih kurang 20-30 menit dengan kondisi pasien dibuat
senyaman mungkin, rileks, lingkunan dimodifikasi tenang dan pasien bisa
diistruksikan untuk menutup mata sementara supaya lebih rileks. Media yang
digunakan rata-rata adalah CD player
atau MP4 player dengan headphone atau earphone.
Terapi Musik Relaksasi dan Suara
Alam Efektif Menurunkan Nyeri dan Kecemasan Pasien
Musik
dan suara-suara alam terbukti dalam beberapa penelitian dapat menurunkan nyeri dan
kecemasan pada pasien. Musik dan suara alam dapat meminimalkan persepsi pasien
terhadap suara-suara di lingkungan sekitarnya atau pikiran-pikiran yang membuat
cemas dan meningkatnya nyeri pada pasien tersebut. Beberapa penelitian tentang
musik sebagai terapi dikatakan bahwa ada konvergensi yang terjadi antara input sensorik seperti halnya terapi
musik relaksasi, suara alam serta kombinasi keduanya dan output saraf yang mengatur rasa sakit dan respon stress (Susanne et
al, 2011). Selain musik yang lembut yang memberikan pengaruh relaksasi pada
tubuh, suara alam juga bermanfaat dan berpengaruh terhadap nyeri dan kecemasan
pasien. Suara alam sangat dekat dengan setiap orang dalam kehidupan
sehari-harinya dan manusia memiliki daya tarik bawaan dengan alam sehingga
interaksinya dengan alam memiliki efek terapetik terhadap manusia itu sendiri (Noah
Letchtzin et al, 2005).
Baik
musik, suara alam ataupun kombinasi keduanya berdasarkan hasil diatas berpengaruh
terhadap penurunan nyeri dan kecemasan pada pasien. Didalam tubuh manusia terdapat
analgetik natural yaitu enkefin, endorphin, dan dinorfin. Endorphin
adalah neurohormone yang berkaitan
dengan sensasi yang menyenangkan. Saat endorphin
dikeluarkan oleh otak maka akan mengurangi nyeri dengan mengaktifkan sistem
parasimpatik untuk relaksasi tubuh dan menurunkan tekanan darah, respirasi dan
nadi. Proses relaksasi akan memberikan pesan ke hipotalamus untuk mengurangi
skresi neuropeptida sehingga merangsang
sistem saraf simpatis yang akan menghasilkan suatu kondisi yang nyaman.
Pengurangan sekresi neuropeptida juga
menurunkan pelepasan katekolamin
sehingga terjadi penurunan frekuensi denyut jantung, tekanan darah, hambatan
pembuluh darah dan konsumsi oksigen oleh tubuh. Dengan demikian relaksasi akan
memberikan pengaruh terhadap aspek psikologis dan fisiologis. Selain endorphin, norehineprin dan serotonin
juga dapat mengurangi nyeri dengan cara memodulasi impuls desending dari otak. Sistem control desending adalah suatu sistem serabut yang berasal dari
dalam otak bagian bawah dan bagian tengah (terutama periaqueductal gray matter) dan berakhir pada serabut interneuronal inhibitor dalam cornu dorsalis dari medulla spinalis. Sistem ini kemungkinan selalu aktif. Keadaan
aktif inilah yang mencegah transmisi terus menerus stimulus terhadap nyeri (Smeltzer
& Bare, 2002).
Secara
fisiologis didalam tubuh, musik relaksasi, suara alam dan kombinasi keduanya juga
dapat menstimulus akson-akson serabut saraf ascendens
ke neuoron-neuron RAS (Reticular
Activating System). Stimulus ditransmisikan ke area korteks serbral, sistem
limbik dan korpus kalosum melalui
area saraf otonom dan sistem nueroendokrin.
Ketika musik-musik tersebut diputar, sistem limbik akan terstimulus
menghasilkan sekresi feniletilamin,
yang merupakan suatu neuroamin yang
bertanggung jawab pada mood
seseorang. Pada saraf otonom, stimulus suara musik tersebut menyebabkan sistem
saraf parasimpatis berada diatas sistem saraf simpatis sehingga merangsang
gelombang otak alfa yang menghasilkan kondisi nyaman (Devi Darliana, 2008). Suara
musik tersebut selain menstimulus munculnya gelombang alfa (7-13 Hz), juga menstimulus munculnya gelombang delta (0,5-4 Hz) dan theta (4-8 Hz). Gelombang delta mengindikasikan bahwa kondisi
pasien berada dalam keadaan sangat nyaman karena dalam keadaan ini gelombang
otak semakin melambat sehingga terjadi kondisi tidur yang sangat dalam pada
pasien. Sedangkan gelombang alfa
merupakan pintu masuk ke dalam pikiran bawah sadar dimana informasi akan masuk
kedalam pikiran bawah sadar. Pada kondisi ini, otak memproduksi hormon serotonin dan endorfin yang menyebabkan seseorang merasa nyaman, tenang dan
bahagia. Gelombang theta juga
berperan dalam pelepasan stress karena otak mengeluarkan melatonin, catecholamine
dan AVP (Arginin –Vasopressin) yang memberi rasa nyaman pada seluruh tubuh (Intani
et al, 2012).
Terapi Musik Relaksasi dan Suara
Alam Tidak Efektif Dalam Menurunkan Nyeri dan Kecemasan Pasien
Beberapa
penelitian ada yang menunjukkan bahwa musik tidak berpengaruh secara
significant terhadap nyeri dan kecemasan pasien. Hal ini disebkan oleh beberapa
faktor antara lain ukuran sampel yang kecil yang menyebabkan keterbatasan
interprestasi hasil, karakteristik responden (pada dasarnya perempuan lebih
cenderung mudah cemas dan kurang bisa beradaptasi terhadap suatu keadaan daripada
laik-laki), ketidaktepatan dalam penetapan kriteria inklusi sampel dan
instrument musik yang digunakan (misalnya bitenya,
temponya, jenis musiknya dan musik dengan lirik atau hanya instrument musik
saja). Selain itu, kondisi lingkungan sekitar pasien yang tidak bisa
dimodifikasi dalam situasi tenang dan pasien yang tidak mengikuti instruksi
untuk berada dalam kondisi rileks dapat mengakibatkan terapi tersebut tidak
efektif bagi pasien. Hal inilah yang menyebabkan tidak bisa digeneralisasikan
bahwa musik secara umum berpengaruh terhadap nyeri dan kecemasan pasien (Alison et al, 2010).
KESIMPULAN DAN SARAN
Terapi
musik relaksasi, suara alam, dan kombinasi keduanya secara garis besar merupakan
terapi yang efektif dalam menurunkan tingkat nyeri dan kecemasan pasien. Dalam
tatanan klinik terapi tersebut merupakan intervensi keperawatan dengan
pendekatan non-farmakologis. Intervensi keperawatan non-farmakologis bukan
bersifat menggantikan fungsi manajemen nyeri dan kecemasan namun sebagai pelengkap
intervensi farmakologi seperti penggunaan obat-obatan analgetik dan sedatif. Terapi
tersebut dalam tatanan klinik dapat diimplikasikan pada beberapa kasus baik
pada pasien yang di rawat di ruang rawat inap maupun pasien kritis di ruang
rawat intensif seperti pasien dengan kanker, pasien pre operasi bedah jantung,
pasien Coronary Heart Desease, pasien
yang akan dan sedang menjalani bronchoscopy
dan colposcopy, pasien yang akan
menjalani coronary angiography,
pasien anak yang akan diimunisasi, pasien yang akan mendapatkan prosedur
invasif, pasien yang akan menjalani bedah mulut, pasien rehabilitasi stroke, pasien
luka bakar, pasien di unit gawat darurat dan pasien di ICU/ICCU. Diharapkan dalam
tatanan klinik dapat dikembangkan dan diaplikasikan terapi tersebut dengan
menyediakan MP4 player dan headphone pada masing-masing bed pasien
yang sudah diisi dengan jenis musik yang lembut (calming music) tanpa lirik dengan tempo yang sudah diatur dan jenis
suara alam yang digunakan adalah suara alam yang biasa didengar orang dalam
kehidupan sehari-hari yang bisa membuat nyaman. Selain itu, diharapkan saat
memberikan terapi musik relaksasi dan suara alam tersebut, kondisi lingkungan
sekitar dipastikan dalam keadaan tenang dan pasien bersedia untuk mengikuti
instruksi dimana pasien harus berada dalam kondisi rileks saat diberikan terapi
tersebut. Untuk penelitian kedepannya diharapkan ada yang meneliti tentang
pengaruh musik relaksasi, suara alam dan kombinasi keduanya terhadap kualitas
tidur pada pasien terutama pasien dengan kondisi kritis di ruang rawat intensif.
DAFTAR PUSTAKA
Akombo,
D.O. 2006. Effects
of Listening to Music as an Intervention for Pain and Anxiety in Bone Marrow
Transplant Patients. A Dissertation. University of Florida
Alison et al. 2010. Using
Music to Reduce Noise Stress for Patients in the Emergency Department: A Pilot
Study. Music and Medicine 2(4) 201 207.doi:10.1177/1943862110371808
Arslan, S et al. 2007. Effect of Music on Preoperative
Anxiety in Men Undergoing Urogenital Surgery. Turki: Australian Journal of Advanced Nursing
Volume 26 Number 2
Bradt
& Dileo. 2009. Music for Stress and
Anxiety Reduction in Coronary Heart Disease Patients. Cochrane Database of Systematic Reviews 2009, Issue 2. Art. No:
CD006577.doi: 10.1002/14651858.CD006577.pub2
Bringman
et al. 2009. Relaxing
Music as Pre-Medication Before Surgery: A Randomised Controlled Trial.
Singapore: Acta Anaesthesiol Scand 2009; 53: 759–764.
Chiang
L C. 2012. The Effects of Music and
Nature Sounds on Cancer Pain and Anxiety in Hospice Cancer Patients. A Dissertation. Frances Payne Bolton School of
Nursing: Case Western Reserve University
Darliana,
D. 2008. Pengaruh Terapi Musik terhadap Respon Stres Psikofisiologis
Pasien yang Menjalani Coronary Angiography di Pelayanan Jantung Terpadu Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jakarta:
FIK UI press
Doris
et al. 2005. Non-Pharmacological
Interventions in Older People with Heart Failure: Effects of Exercise Training
and Relaxation Therapy. Gerontology
2007;53:74–81.doi: 10.1159/000096427
Faradisi, F. 2009. Perbedaan
Efektifitas Pemberian Terapi Murotal dengan Terapi Musik Klasik terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Ekstremitas di
Rumah Sakit Dr.Moewardi Surakarta. Surakarta: FIK UMS
Forsblom, A., et al. 2010. The
Effect of Music and Audiobook Listening on People Recovering From Stroke:The
Patient’s Point of View. Music and Medicine 2(4)
229-234.doi:10.1177/1943862110378110
Gregory
et al. 2003. Distraction Therapy With
Nature Sights and Sounds Reduces Pain During Flexible Bronchoscopy. A
Complementary Approach to Routine Analgesia. CHEST 2003; 123:941–948
Intani
et al. 2012. Pengaruh Intervensi Musik
Gamelan: Ibu Pertiwi Terhadap Penurunan Skor Kecemasan Pasien Pre Kateterisasi
Jantung di Unit Pelayanan Jantung RSUP Dr. Kariadi Semarang: Evidence Based Practice. Semarang: PSIK
FK Undip
Ismail, S. 2010. The Effect
of Music Anxiety Reduction in Patiens with Ventilator Support. A Thesis of
Master of Nursing Science (International Program) Prince of Songkla University
Jonge,
J. 2011. The Effect of Music, Nature
Visuals and Sounds on Induced Anxiety. Human Technology Interaction.
Eindhoven: Master of Science in Human Technology Interaction
Letchtzin,
N., et al. 2005. A Randomized Trial of Nature Scenery and Sounds Versus Urban Scenery
and Sounds to Reduce Pain in Adults Undergoing Bone Marrow Aspirate and Biopsy.
The Journal ff Alternative and Complementary Medicine. Volume 16, Number 9,
2010, pp. 965–972 copyright Mary Ann Liebert, Inc.doi: 10.1089/acm.2009.0531
Mahdipour,
R & Nematollahi, N. 2012. The Effect
of The Music Listening and The Intensive Care Unit Visit Program on The
Anxiety, Stress and Depression Levels of The Heart Surgery Patients Candidates.
Iran: J Crit Care Nurs 2012;5(3):133-138
Saadatmand,
V et al. 2012. Effect of Nature Based
Sounds Intervention on Agitation, Anxiety, and Stress in Patients Under
Mechanical Ventilator Support: A
Randomized Controlled Trial. Int. J. Nurs. Stud.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijnurstu.2012.11.018
Smeltzer
& Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Susanne
et al. 2011. Effect of the Combination of
Music and Nature Sounds on Pain and Anxiety in Cardiac Surgical Patients: A
Randomized Study. Alternative Therapy Health Med. 2011;17(4):16-23
Tracey et al. 2010. Original Sound Compositions
Reduce Anxiety in Emergency Department Patients. MJA 2011:195:
694–698.doi:10.5694/mja10.10662
Wijanarko, N. 2007. Efektifitas
Terapi Musik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Klien diruang ICU-ICCU Rumah
Sakit Mardi Rahayu Kudus. Semarang: PSIK FK Undip
Lampiran
Tabel 3. Hasil Penelitian Efektivitas Terapi
Kombinasi Musik dan Suara Alam
NO
|
PENULIS
|
JUDUL/TAHUN
|
METODE
|
SAMPEL
|
HASIL
|
1
|
Susanne
M. et al
|
Effect of the
combination of music and nature sounds on pain and anxiety in cardiac
surgical patients: a randomized study/ 2011
|
Randomized
Controlled Trial
|
Pasien
bedah jantung di Rumah Sakit Saint Marys
Rochester,
Minnesota dengan jumlah sampel sesuai kriteria inklusi 173 pasien
|
· Data
menunjukkan adanya penurunan nilai nyeri untuk kelompok musik kombinasi (kombinasi
musik dan suara alam) pada sesi kedua hari kedua dibandingan dengan kelompok
kontrol (perawatan standard dan sesi istirahat) (p=0,001<0,05)
· Rata-rata
relaksasi pasien untuk kelompok musik kombinasi meningkat pada sesi pertama
hari kedua dibandingkan kelompok kontrol (p=0,03<0,05)
· Dari data
ditunjukkan bahwa kelompok musik kombinasi memberikan tingkat kecemasan lebih
rendah dan terjadi peningkatan kepuasan secara keseluruhan dibandingkan
dengan kelompok kontrol walaupun hasil analisa menunjukkan tidak ada
perbedaan yang significant
|
2
|
Ling-Chun
Chiang
|
The effects of
music and nature sounds on cancer pain and anxiety in hospice cancer patients/ 2012
|
Randomized
Control Trial
|
Sampelnya
adalah pasien kanker yang mengalami nyeri dan cemas serta menerima perawatan
di dua Rumah Sakit besar barat daya Taiwan dengan ukuran sampel 124 pasien
(31 per kelompok yaitu kelompok musik, kelompok suara alam, kelompok
kombinasi musik dan suara alam dan kelompok kontrol)
|
· Data grafik menunjukkan
bahwa nilai nyeri pasien selalu mengalami penurunan pada kelompok musik posttest hari pertama, kedua dan
ketiga
· Data grafik menunjukkan
bahwa nyeri pasien dengan kelompok nature sound juga mengalami penurunan yang
significant dari hari pertama sampai hari ketiga
· Nyeri pasien
untuk kelompok kombinasi musik dan suara alam juga mengalami penurunan yang
significant pada hari pertama, kemudian hari kedua naik sedikit diatas nilai
nyeri hari pertama dan hari ketiga mengalami penurunan significant lebih
rendah dari hari pertama
· Sedangkan
untuk pasien pada kelompok kontrol nilai nyeri pada saat pretest dan posttest
hari pertama, kedua dan ketiga tidak menunjukkan adanya perbedaan yang
significant
· Data grafik
menunjukkan bahwa nilai kecemasan pasien baik untuk kelompok musik, suara
alam dan kombinasi keduanya mengalami penurunan yang significant pada hari
pertama, kedua dan ketiga daripada kelompok kontrol yang cenderung kecemasannya
naik
|
Tabel 1.Hasil
Penelitian Efektivitas Terapi Musik
NO
|
PENULIS
|
JUDUL/TAHUN
|
METODE
|
SAMPEL
|
HASIL
|
1
|
H.
Bringman, K et al
|
Relaxing music
as pre-medication before surgery: a
Randomised
controlled trial/
2009
|
Randomized Controlled
Trial
(RCT)
|
177
pasien bedah mendapatkan musik dan 159 pasien mendapatkan midazolam
|
Nilai
STAI (Strait-Trait Anxiety Inventory)
pada kelompok musik lebih kecil daripada kelompok midazolam (STAI
music=34< midazolam=36) tetapi tidak ada perbedaan yang significant
(P=0,06>0,05)
|
2
|
Bradt
J & Dileo C
|
Music for
stress and anxiety reduction in coronary heart disease patients/ 2009
|
Systematic Review
|
Sampelnya
adalah penelitian yang dilakukan pada pasien dengan CHD, laki-laki, perempuan
dengan metode RCT baik terpublikasi ataupun tidak
|
·5 penelitian
menunjukkan perawatan standard ditambah dengan musik lebih efektif menurunkan
kecemasan daripada perawatan standard saja di Rumah Sakit (p=0,004; p=0,003;
p=0,03; p=0,005; dan p=0,002 < 0,05)
· 2 penelitian
menunjukkan tidak ada perbedaan yang significant antara kelompok intervensi
musik dengan kelompok kontrol terhadap kecemasan pasien CHD (p=0,07 dan
p=0,48 > 0,05)
· 9 penelitian
menunjukkan hasil significant bahwa musik dapat mengurangi nyeri pasien CHD
(p=0,03<0,05)
|
3
|
Devi
Darliana
|
Pengaruh
terapi musik terhadap respon stress psikofisiologis pasien yang menjalani coronary angiography di pelayanan
jantung terpadu Rumah sakit Ciptomangunkusumo/ 2008
|
Quasi
Experimental
|
60
pasien yang menjalani prosedur coronary
angiography
|
Ada
pengaruh significant terapi musik terhadap kecemasan pasien yang menjalani
prosedur coronary angiography (p=0.001<0.05)
|
4
|
David
otieno akombo
|
Effects of
listening to music as an intervention for pain and Anxiety in bone marrow
transplant patients/
2006
|
Systematic
Review
|
19
Penelitian RCT dengan total sampel 1513 pasien yang menjalani berbagai
prosedur medis dengan umur dari 1 bulan-18 tahun
|
· Ada 6
penelitian menunjukkan bahwa terapi musik berpengaruh significant dalam
penurunan level nyeri dibandingkan dengan prosedur standard pada pasien
(pasien dengan tindakan venipuncture,
injeksi intramuscular, imunisasi, dan prosedur gigi)
· Ada 5
penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang significant antara terapi
musik dengan prosedur standard terhadap nyeri pasien (pasien dengan colposcopy, imunisasi, post bedah, dan prosedur gigi)
· Ada 4
penelitian menunjukkan bahwa terapi musik berpengaruh significant dalam
penurunan level kecemasan dibandingkan dengan prosedur standard pada pasien
(sebelum operasi, prosedur gigi dan bedah mulut)
· Ada 3
penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang significant antara terapi
musik dengan prosedur standard dan antara musik dengan placebo terhadap
tingkat kecemasan (pasien colposcopy
dan brachial venipuncture)
· Ada 1 penelitian
menunjukkan bahwa terapi musik aktif secara significant menurunkan kecemasan
pada pasien luka bakar sebelum pembedahan dibandingkan dengan prosedur
standard
|
5
|
Alison
E. Short et al
|
Using music to
reduce noise stress for patients in the emergency department: a pilot study/ 2010
|
Randomized
Controlled Trial
|
30
pasien dengan kondisi akut di unit gawat darurat
|
Tidak
ada perbedaan significant antara kelompok musik dengan kelompok kontrol
terhadap stress pasien (p=0.623>0.05)
|
6
|
Anita
Forsblom, et al
|
The effect of music
and audiobook
listening on people
recovering from
stroke: the patient’s
point of view/
2010
|
Randomized
Controlled Trial
|
39
pasien yang menderita stroke
|
Kelompok
intervensi musik berpengaruh significant terhadap peningkatan kenyamanan, suasana
hati dan aktivitas motorik dibandingkan dengan kelompok audiobook listening (p=0.0001<0.05)
|
7
|
Nugroho
Nur Wijanarko
|
Efektifitas
terapi musik terhadap penurunan tingkat kecemasan klien
diruang
icu-iccu rumah sakit mardi rahayu kudus/ 2007
|
Quasi Experimental
|
20
pasien baru yang dirawat di ruang ICU-ICCU berumur 15-50 tahun dan tidak
mengkonsumsi obat anti cemas
|
Terapi
musik efektif untuk menurunkan perubahan respon fisiologis terhadap kecemasan
pasien (p= 0,000-0,002<0.05)
|
8
|
Suhartini
Ismail
|
The effect of music
anxiety reduction in patiens with ventilator support/ 2010
|
Quasi
experimental
|
40
pasien yang menggunakan ventilator di ruang ICU Rumah Sakit kariadi semarang
dan Rumah Sakit tugurejo
|
Pasien
yang menerima intervensi musik secara significant mempunyai level kecemasan
yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol (p<0.05)
|
9
|
Intani,
et al
|
Pengaruh
intervensi musik gamelan: Ibu Pertiwi terhadap penurunan skor kecemasan pasien
pre kateterisasi jantung di Unit Pelayanan Jantung RSUP Dr. Kariadi Semarang:
Evidence Based Practice/ 2012
|
Pra Experimental
|
Pasien
laki-laki dan perempuan yang akan menjalani katerisasi jantung dengan ukuran
sampel 9 pasien
|
Ada
pengaruh intervensi musik gamelan jawa ibu pertiwi terhadap penurunan skor kecemasan
(tvalue 5,976>ttable1,83 dengan significancy<0,05)
|
10
|
Sevban
Arslan, et al
|
Effect of
music on preoperative anxiety in men undergoing urogenital surgery/ 2007
|
Quasi Experimental design
|
64
pasien yang akan menjalani pembedahan urogenital di klinik urologi Aziziye Research Hospital
|
· Pasien yang
mendapatkan terapi music secara significant menunjukkan penurunan level
kecemasan daripada pasien yang tidak mendapatkan terapi music (p<0,001)
|
11
|
Roghieyeh
Mahdipour & Monirosadat Nematollahi
|
The effect of
the music listening and the intensive care unit visit program on the anxiety,
stress and depression levels of the heart surgery patients candidates/ 2012
|
Quasi Experimental design: Pretest-Posttest Design
|
150
pasien yang akan menjalani operasi bedah jantung
|
· Pasien yang mendapatkan
terapi musik mengalami penurunan level kecemasan secara significant jika
dibandingkan dengan tanpa terapi musik
|
Tabel 2. Hasil
Penelitian Efektivitas Terapi Suara Alam (Nature
Sound)
NO
|
PENULIS
|
JUDUL/TAHUN
|
METODE
|
SAMPEL
|
HASIL
|
1
|
Tracey
J Weiland, et al
|
Original sound compositions reduce
anxiety in emergency department
patients/2010
|
Randomized
Controled Trial
|
Pasien
yang datang di instalasi gawat darurat dengan kategori 3 menurut Australasian
Triage Scale (ATS) yaitu
pasien akut yang memerlukan pengkajian medis dalam waktu 30 menit, umur ≥18
tahun dan ukuran sampel 170
|
· Musik dengan
rekaman suara lingkungan mempunyai pengaruh yang significant terhadap
penurunan kecemasan (p<0.001)
· Musik dengan
rekaman suara lingkungan dikombinasikan dengan binaural beat mempunyai pengaruh yang significant terhadap
penurunan kecemasan (p<0.001)
|
2
|
Noah
Lechtzin, et al
|
A randomized trial of nature scenery
and sounds versus
urban scenery and sounds to reduce
pain in adults
undergoing bone marrow aspirate and
biopsy/
2005
|
Randomized
Controled Trial
|
Pasien
kanker umur ≥ 18 tahun dengan ukuran sampel 120
|
Ada
perbedaan yang significant antara terapi alam (gambar pemandangan dan suara
dari alam) dengan perawatan standard (p=0,046<0.05) dimana perawatan
standard mempunyai nilai rata-rata nyeri lebih buruk dibandingkan terapi alam
(nature)
|
3
|
Gregory B, et al
|
Distraction
therapy with nature sights
and sounds
reduces pain during flexible bronchoscopy/ 2003
|
Randomized
Controled Trial
|
Pasien
dewasa yang berumur ≥ 18 tahun yang menjalani flexible bronchoscopy di Rumah Sakit John Hopkins dengan ukuran
sampel 80
|
· Manajemen
nyeri pada kelompok intervensi secara significant lebih baik daripada
kelompok kontrol (p=0.015<0.05)
· Tidak ada
perbedaan yang significant antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol
terhadap tingkat kecemasan pasien (p>0.05)
|
4
|
Jorien
de Jonge
|
The effect of
music, nature visuals and sounds on induced anxiety/2011
|
Randomized
Controlled Trial
|
Relawan
jumlah 45 orang dan umurnya antara 25-75 tahun
|
· Data
menunjukkan bahwa musik lebih efektif menurunkan kecemasan dibandingkan
dengan suara alam (p<0,05)
· Data
menunjukkan bahwa suara alam kurang efektif dalam menurunkan kecemasan
(p>0,05)
|
5
|
Vahid
Saadatmand, et al
|
Effect of
nature based sounds intervention on agitation, anxiety, and
stress in
patients under mechanical ventilator support/ 2012
|
Randomized
Controlled Trial
|
60
pasien yang mendapatkan ventilasi mekanik di ICU
|
· Kelompok
pasien yang diberikan perawatan standard dan nature sound menunjukkan
penurunan kecemasan daripada kelompok pasien yang hanya diberikan perawatan
standard (p<0,001)
|