PROSEDUR AKSES INTRAVENA
1. Akses Vena Perifer
Alat
dan bahan yang digunakan dalam pemasangan akses intravena perifer antara lain
sarung tangan nonsteril, kateter plastik yang menyelubungi jarum, papan lengan,
selang akses untuk cairan intravena, tiang intravena, larutan/cairan untuk
terapi intravena, gunting, alat pelindung linen dan paket atau perlengkapan pemasangan
intravena, termasuk torniket, plester dengan lebar 2,5-5 cm, kapas alkohol
(atau antiseptik yang telah direkomendasikan oleh institusi, seperti povidone),
balutan kasa berukuran 5x5 cm, plester perekat dan label perekat (Scott Moses,
2011). Adapun kateter berdasarkan warna, ukuran kateter dan
kecepatan alirannya adalah sebagai berikut:
Gauge
size
|
Catheter
length(mm)
|
Catheter
colour
|
Flow rate
ml/min(H2O)
|
Flow rate
l/hr(H2O)
|
Flow rate
ml/min
(blood)
|
22
|
25
|
Blue
|
42
|
2.5
|
24
|
20
|
32
|
Pink
|
67
|
4.0
|
41
|
18
|
32
|
Green
|
103
|
6.2
|
75
|
18
|
45
|
Green
|
103
|
6.2
|
63
|
16
|
45
|
Grey
|
236
|
14.2
|
167
|
14
|
45
|
Orange
|
270
|
16.2
|
215
|
Prosedur
pemasangannya:
a. Menjelaskan
prosedur yang akan dilakukan dan mencuci tangan
b. Menghubungkan
cairan dan intravena set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke
botol cairan intravena
c. Mengisi
cairan ke dalam set intravena dengan menekan ruang tetesan hingga terisi
sebagian dan buka klem selang hingga cairan memenuhi selang dan udara selang
keluar
d. Meletakkan
pangalas di bawah tempat vena metacarpal yang akan dilakukan akses intravena
perifer
e. Melakukan
pembendungan dengan torniket 10-12 cm di atas tempat penusukan dan anjurkan
pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular (bila sadar)
f. Menggunakan
sarung tangan steril
g. Mendisinfeksi
daerah yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
h. Melakukan
penusukan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena da posisi
jarum (abocath) mengarah ke atas
i. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum
(abocath/surflo) maka tarik keluar bagian dalam (jarum) sambil meneruskan
tusukan ke dalam vena
j. Setelah jarum intravena bagian dalam
dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan
jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian intravena dihubungkan atau
disambungkan dengan selang intravena yang sudah disiapkan di awal tadi.
k. Membuka
pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan
l. Melakukan fiksasi dengan kasa steril
m. Menuliskan
tanggal dan waktu pemasangan akses intravena serta catat ukuran jarumnya
n. Melepaskan
sarung tangan dan cuci tangan
2. Akses Vena Seksi Perifer
Alat
yang digunakan adalah alat proteksi diri, betadine, anaestesi lokal, bantalan
kasa, gunting benang, duk, benang nilon 4-0, hemostat lengkung yang kecil,
ikatan benang silk 3-0, penghantar sklapel dan mata pisau, jarum 25 G, selang
intravena dan larutan intravena (Thomas Terndrup, 1996).
Prosedurnya:
a. Menjelaskan
prosedur, informed concernt dan
memposisikan pasien sesuai tindakan
b. Memakai
APD dan menyiapkan daerah tersebut dengan betadine
c. Melakukan
infiltrasi tempat insisi dengan anestesi lokal dengan semprit 3 ml dan jarum 25
G
d. Melakukan
tindakan vena seksi. Urut-urtan pelaksanaan umum vena seksi adalah identifikasi
gambar batas-batas anatomis, persiapan pembedahan kulit, insisi kulit, diseksi
vena, introduksi kateter kedalam lumen pembuluh darah, dan stabilisasi kateter.
e. Menjahit
kateter ke kulit dengan benang nilon 4-0 dan menutup insisi kulit dengan benang
nilon 4-0
f. Menggunakan
balutan
3. Akses Vena Sentral
a.
Vena
Femoralis
Alat yang digunakan untuk memasang
akses vena femoralis antara lain betadine, bantalan kasa 4x4 inci, semprit 10
dan 20 ml, jarum 1,5 inci no 20G, stopcock 3 jalur, gunting benang, kawat
penunjuk dengan diameter 0,035 inci x panjang 25-30 inci, larutan heparin, mata
pisau no 11, dilator vena, selang tambahan, APD, handuk steril, lidokain 1%,
jarum 1 inci no 25G, kateter jarum berdinding tipis ukuran 2,5 inci no 18.G,
selang intravena dan larutan intravena, kateter lumen tunggal atau lumen
tripel, benang nilon 3-0 pada jarum lengkung, dan sarung tangan steril (Thomas
Terndrup, 1996 & Swanson et al, 1984).
Prosedur yang dilakukan:
1) Membaringkan
klien terlentang dengan paha sedikit abduksi dan fiksasi tungkai bawah
2) Memakai
sarung tangan dan bersihkan kulit dengan cairan antiseptik kemudian tutup
dengan kain penutup steril
3) Menentukan
lokasi penusukan dengan meraba vena femoralis berada disebelah medial dari
arteri femoralis
4) Memberikan
suntikan infiltrasi dengan lidokain untuk anestesi lokal dan hubungkan jarum
dengan semprit kemudian dibilas dengan larutan NaCl steril
5) Dengan
tetap meraba arteri dengan satu jari, tusuk jarum dengan sudut 45 derajat kearah
umbilikus
6) Mendorong
jarum sambil menarik semprit untuk melakukan aspirasi
7) Melepaskan
semprit dari jarum setelah darah keluar, kemudian memasukkan kawat penunjuk dan
mencabut jarum dengan perlahan
8) Memasukkan
introducer atau kateter kemudian
dorong kateter sampai ke vena cava inferior
9) Menjahit
kateter ke kulit kemudian tarik kembali kawat penunjuk dan hubungkan dengan
dengan intravena set serta fiksasi dengan plester
b.
Vena
Jugularis Interna
Alat yang digunakan adalah duk,
antiseptik betadine, lidokain 1%, jarum anestesi 1 ¼ inci no 25 sampai 27 G,
kawat penunjuk bentuk J dan introduser kawat, hemostat, benang nilon 3-0, APD,
semprit, jarum pungsi vena, kateter, scalpel no 11, gunting benang, salep
antibiotik dan pembalut plastik yang bening (Peter Mariani, 1996 & Sanford
TJ, 1985).
Prosedurnya (pendekatan posterior):
1) Menjelaskan
prosedur dan informed concernt
2) Menyiapkan
jalur intravena yang akan dihubungkan
3) Pasien
diposisikan trendelenburg dengan
kepala mengalami rotasi kurang lebih 45 derajat menjauh dari tempat yang
direncanakan untuk pungsi vena.
4) Menutup
dengan duk daerah pungsi vena dengan cara steril
5) Melakukan
infiltrasi kulit dengan obat anestesi di sebelah posterior dari perut posterior
muskulus sternokleidomastoideus, 1/3-1/2 jauhnya dari klavikula sampai mastoid
6) Setelah
mempalpasi ulang lokasi takik sterna, maka muskulus sternokleidomastoideus
digenggam diantara ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak dominan sambil
sedikit menarik kembali muskulus ke depan.
7) Memasukkan
dan memajukan jarum pungsi vena ke bawah perut muskulus sternokleidomastoideus menuju
ke taktik sternum, kemudian aspirasi jarum tersebut
8) Pada
saat memasuki pembuluh darah, lakukan stabilisasi jarum, lepaskan semprit dan
masukkan serta majukan kawat penunjuk 10-15 cm
9) Luncurkan
jarum keluar dari kawat dan lakukan insisi kulit sekitar kawat untuk
menyesuaikan dengan diameter kateter
10) Masukkan
unit kateter introduser di atas kawat ke permukaan kulit. Kemudian tarik
kembali kawatnya sesuai kebutuhan
11) Majukan
unit tersebut diatas kawat ke dalam sirkulasi sentral
12) Melepaskan
kawat dan introduser secara intoto, kemudian tutuplah hub kateter dengan ibu
jari tangan
13) Menghubungkan
selang intravena ke kateter
14)Melakukan
anestesi pada daerah kulit yang berdekatan dengan ujung kateter dan buatlah
jahitan pada daerah tersebut
15)Memberikan
salep antibiotic pada tempat tusukan dan menutupnya dengan verban bening
c.
Vena
Subklavia
Alat yang digunakan antara lain
betadine, bantalan kasa 4 x 4 inci, semprit 10 dan 20 ml, jarum 1,5 inci no 20
inci, stopcock 3 jalur, kateter lumen tunggal atau tripel, larutan heparin,
benang nilon 3-0, dilator vena, handuk steril, lidokain 1%, jarum 1 inci no 25
G, jarum berdinding tipis ukuran 2,5 inci no 18 G, kawat penunjuk, mata pisau no
11, dan APD (Marcy Layton, 1996 & Herbst CA, 1978)
Prosedurnya:
1) Menjelaskan
prosedur dan informed concernt
2) Memposisikan
pasien terndelenburg dan memakai APD
3) Menyiapkan
lokasi dengan betadine dan tutup dengan duk yang luas
4) Menentukan
tempat masuknya jarum dengan menentukan letak sudut yang dibentuk oleh kosta pertama dan
klavikula.
5) Melakukan
anestesi dengan lidokain di tempat yang akan ditusuk
6) Memasang
sebuah semprit 10 ml ke jarum 18 G yang berdinding tipis. Jarum tersebut
diarahkan ke sudut yang dibentuk oleh klavikula dan kosta pertama
7) Begitu
didapatkan darah vena yang adekuat, semprit dilepaskan dan sebuah jari secara
cepat diletakkan diatas jarum yang terbuka untuk mencegah emoboli udara
8) Kawat
penunjuk dimajukan melalui jarum dan jarum dilepaskan kembali diatas kawat
penunjuk
9) Dapat
dibuat suatu insisi kecil pada tempat masuknya supaya kateter masuk lebih mudah
10) Memasukkan
dilator vena diatas kawat penunjuk serta dilakukan insersi 10 cm dibelakang
tempat masuknya
11) Setelah
dilator vena dilepaskan dengan kawat penunjuk tetap berada ditempat maka
kateter yang dipilih diletakkan diatas kawat penunjuk
12) Melepaskan
kawat penunjuk dan melakukan aspirasi melalui kateter
13) Tiap
lumen kateter dapat disemprot dengan larutan heparin atau dikaitkan dengan
jalur intravena yang terhubung, kemudian lakukan pembalutan
3. Akses Intraosseous
Alat
yang digunakan antara lain jarum besar no 15-18, kassa, semprit suntik, obat
antiseptic dan anestesi lokal, APD, dan intravena set (Ee Tein Tey et al, 2011)
Prosedurnya:
a. Baringkan
pasien, pasang bantal dibawah sendi lutut.
b. Besihkan
dengan antiseptik, beri anestesi lokal
c. Masukkan
jarum pada tibia proksimal, dengan sudut 45-60 derajat ke arah distal.
d. Aspirasi
e. Pasang
jalur intravena & masukkan cairan intravena.
DAFTAR
PUSTAKA
Ee
Tein Tey et al. 2011. Intraosseous Access.
Medscape Reference: Drug Diseases and Procedure. Diakses 21 Juli 2012. http://emedicine.medscape.com/article/80431-overview#a01
Herbst
CA. 1978. Indications, Management, and
Complications or Percutaneus Subclavian Catheter. Arch Surg 113:1421
Layton,
M. 1996. Prosedur Kedaruratan:
Jastremski, Michael. S. Alih bahasa: Andri Hartono. Editor: Monica Ester.
Jakarta: EGC
Mariani,
P. 1996. Prosedur Kedaruratan:
Jastremski, Michael. S. Alih bahasa: Andri Hartono. Editor: Monica Ester.
Jakarta: EGC
Moses,
S. 2011. Intravena Access. Family
Practice Notebook. LLC. Published 27 November 2011. Diakses 21 Juli 2012. http://www.fpnotebook.com/
Sanford
TJ. 1985. Internal Jugular Vein
Cannulation Versus Subclavian Vein Cannulation: An Ansethesiologist’s View: The
Right Internal Jugular Vein. J Clin Monit 1:58-61
Swanson
RS et al. 1984. Emergency Intravenous
Access Through the Vemoral Vein. Ann Emerg Med 244:51
Terndrup,
T. 1996. Prosedur Kedaruratan:
Jastremski, Michael. S. Alih bahasa: Andri Hartono. Editor: Monica Ester.
Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment