AKSES
INTRAVENA
A.
DEFINISI
Akses intravena merupakan suatu tindakan pemilihan
lokasi intravena sebagai jalan bagi dokter maupun perawat dalam memberikan
terapi melalui intravena. Dalam melakukan akses intravena, kateter bertindak
sebagai jalan masuk terapi ke pembuluh darah vena pasien (Society for Vascular Surgery, 2009). Sedangkan terapi intravena
adalah pemberian cairan, nutrisi parenteral atau obat ke dalam pembuluh darah
vena dalam jumlah dan waktu tertentu melalui pemasangan kateter vena ke dalam
intravena (Perry & Potter, 2005). Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan
cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara
pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang pemilihan akses
intravena yang tepat dan keseimbangan cairan elektrolit serta asam basa.
B.
TUJUAN
Tujuan dari akses intravena dan terapi intravena
antara lain sebagai berikut (Weinstein, 2001):
- Dengan adanya akses intravena dapat mencegah penusukan jarum kateter untuk terapi intravena secara berulang dan dapat sebagai akses untuk pemberian terapi intravena dalam jangka waktu panjang
- Memperbaiki keseimbangan asam dan basa pada pasien
- Mengoreksi dan mencegah timbulnya gangguan cairan dan elektrolit
- Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral
- Sebagai sarana pemberian obat intravena
- Sebagai sarana untuk transfusi darah
- Membantu dalam pemberian nutrisi secara parenteral
- Sebagai jalan untuk mengambil specimen darah vena
C.
INDIKASI
1. Klien
yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan
2. Klien
yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
3. Klien
yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral atau
intramuskuler
4. Klien
yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui
intravena
5. Klien
yang mendapatkan tranfusi darah
6. Keadaan
emergency (misal pada tindakan RJP),
yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena
7. Keadaan
ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian obat
8. Upaya
profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang akses intravena untuk persiapan suplai
cairan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
9. Upaya
profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps
(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang akses intravena.
10. Klien
yang diambil specimen darah venanya
secara berkala untuk pemantauan keberhasilan terapi (Potter
& Perry, 2005)
D.
KONTRAINDIKASI
Kontraindikasi akses intravena yaitu jika kateter
intravena dimasukkan pada daerah-daerah seperti berikut ini (Potter &
Perry, 2005):
1. Vena
di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis
2. Vena
yang sklerotik atau bertrombus
3. Lengan
dengan pirai arteriovena atau fistula
4. Daerah
yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis
5. Daerah
yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh
6. Lokasi
akses yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit
7. Lokasi
akses yang pada sisinya mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu)
8. Lokasi
akses yang mengalami luka bakar
E.
PEMILIHAN
AKSES INTRAVENA
Vena yang dapat digunakan sebagai akses untuk
pemberian terapi intravena antara lain:
1. Vena Perifer
Vena
perifer atau superficial yang
terletak dalam facia subkutan
merupakan akses paling mudah untuk terapi intravena. Adapun vena perifer untuk
akses terapi intravena antara lain (Smeltzer & Suzzane, 2001):
1) Sefalika
Berasal dari bagian radial lengan.
Sefalika aksesorius dimulai pada pleksus belakang lengan depan atau jaringan
vena dorsalis
2) Metakarpal
Merupakan titik mulai yang baik
untuk kanulasi intravena
3) Basilika
Dimulai dari bagian ulnar jaringan
vena dorsalis, meluas ke permukaan anterior lengan tepat di bawah siku di mana
bertemu vena mediana kubiti
4) Basilika
mediana
Timbul dari fossa antekubiti, lebih
besar dan kurang berliku-liku daripada sefalika
5) Sefalika
mediana
Timbul dari fossa antekubiti
6) Antebrakial
mediana
Timbul dari pleksus vena pada
telapak tangan, meluas ke arah atas sepanjang sisi ulnar dari lengan depan
Hal-hal
yang harus diperhatikan oleh perawat dalam memilih vena perifer sebagai akses
intravena adalah sebagai berikut:
1) Pilih
vena yang kelihatan dan teraba
2) Hindari
tempat akses di persendian
3) Hindari
tempat akses di bagian distal dari fraktur/luka
4) Jangan
lupa antisepsis tindakan kanulasi terutama pada pasien-pasien dengan jumlah
akses yang terbatas (bayi, orang tua, gemuk)
5) Biasanya
di ektremitas atas, pilih yang distal lebih dahulu.
6) Hindari
pemilihan vena yang berbelok-belok
7) Pastikan
lokasi yang dipilih tidak mengganggu aktivitas pasien
2. Vena Seksi Perifer
Indikasi
vena seksi perifer adalah bila tidak ada akses vena lain yang bisa diperoleh
serta bila dibutuhkan dalam keadaan mendesak. Tempat-tempat untuk vena seksi
perifer meliputi vena safena di pergelangan kaki, vena safena magna di lipat
paha, dan vena cefalika pada sisi radial pergelangan tangan. Akses vena seksi
ini tidak ada kontraindikasinya. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain
(Thomas Terndrup, 1996):
1) Cedera
terhadap struktur neurovaskuler yang berdekatan
2) Ketidakmampuan
untuk melakukan kanulasi pembuluh darah
3) Perdarahan
4) Sklerosis
dari vena-vena perifer
5) Emboli
kateter
6) Infeksi
3. Vena Sentral
Indikasi
untuk dipilihnya vena sentral sebagai akses intravena antara lain karena akses
intravena perifer terlalu sulit, adanya total parenteral nutrition, kebutuhan
obat-obatan inotropik, kebutuhan pemantauan cairan intravaskuler, dan obat-obat
yang iritatif. Karena teknik pilihan vena sentral lebih merepotkan sehingga
perlu persiapan khusus. Teknik ini juga mempunyai resiko yang tidak sedikit
seperti hematom, pneumotoraks, aritmia sampai dengan henti jantung. Tindakan
ini dilakukan oleh dokter anestesi yang sudah berpengalaman. Pilihan lokasi
untuk vena sentral antara lain vena jugular interna kiri dan kanan, vena
subklavia kiri dan kanan serta vena femoralis kiri dan kanan (Ramzi, 2009).
1)
Akses
Vena Femoralis
Vena femoralis merupakan vena yang
mudah dicapai dengan cepat dan aman tapi sering kali kurang digunakan. Vena
femoralis memberikan akses langsung ke sirkulasi sentral dan merupakan salah
satu rute yang mungkin untuk pasase
dari kateter monitor tekanan dan alat pacu transvena temporer (Thomas Terndrup,
1996 & Swanson et al, 1984).
Indikasi:
a) Pasien
dengan riwayat pemendekan vena perifer terdahulu
b) Pasien
yang membutuhkan akses kanulasi vena lubang besar (large bore venous) tetapi vena perifer tidak ditemukan
c) Digunakan
pada bayi-bayi yang tidak stabil
Kontraindikasi:
a) Koagulopati
(relatif harus seimbang antara risiko dengan kebutuhan untuk akses intravena
sentral)
b) Thrombosis
vena pada tungkai
c) Iskemia
tungkai
d) Infeksi
yang terlokalisir di tempat tersebut
Komplikasi
a) Dapat
menusuk arteri femoralis dan terjadi perdarahan
b) Dapat
terjadi cedera pada nervus femoralis
c) Dapat
terjadi perdarahan retroperitoneal
(jika ilium eksternal tertusuk)
d) Potensial
untuk cedera vesika urinaria atau cedera usus (dengan suatu penempatan jarum
yang tidak sesuai)
e) Tromboflebitis
serta penyakit tromboembolik
(insidennya tinggi dengan kateter yang besar)
f) Infeksi
2)
Akses
Vena Jugularis Interna
Indikasi pemilihan akses vena
jugularis interna adalah (Peter Mariani, 1996 & Sanford TJ, 1985):
a) Pemberian
obat-obatan untuk henti jantung secara sentral
b) Untuk
monitor tekanan vena sentral
c) Alat
pacu transvena
d) Introduksi
kateter lumen multipel untuk pemberian tetesan obat-obat yang tidak cocok,
obat-obatan dimana pemberian secara perifer merupakan kontraindikasi ataupun
untuk hiperalimentasi
e) Resusitasi
cairan intravena dengan lobang besar dimana akses perifer tidak didapatkan
f) Kebutuhan
untuk akses vaskuler yang cepat (dengan berbagai macam alasan) dimana akses
perifer kurang memadai atau rute sentral yang lain tidak dapat disediakan
ataupun justru merupakan kontraindikasi
Kontraindikasi:
a) Absolut:
ü Trauma
jaringan lunak leher yang massif
ü Distorsi anatomik
yang penting akibat berbagai etiologi
ü Selulitis
jaringan di atasnya
ü Pasien-pasien
dengan cervical collar yang tidak
dapat dilepaskan secara temporer
b) Relatif:
ü Luka
bakar pada jaringan diatasnya
ü Aterosklerosis
karotis (embolisasi plaque
diakibatkan tusukan arteri yang tidak disengaja)
ü Pasien
sedang mendapatkan antikoagulan atau pasien dengan koagulopati
ü Pasien
yang mendapatkan terapi trombilitik (hati-hati bahwa kontraindikasinya terdapat
dalam kebijakan institusional masing-masing)
Komplikasi:
a) Pneumothorak
b) Emboli
udara
c) Perforasi
vaskuler
d) Dapat
menusuk arteri jugularis interna
e) Cedera
nervus frenikus
f) Embolisasi
kawat penunjuk
g) Disritmia
h) Thrombosis
vena, septic flebitis, dan cedera
duktus torakikus
3)
Akses
Vena Subklavia
Indikasi pemilihan akses vena
subklavia adalah (Marcy Layton, 1996 & Herbst CA, 1978):
a) Kebutuhan
akan larutan intravena yang multipel
b) Hiperalimentasi
c) Infus
obat vasoaktif
d) Akses
vaskuler untuk kateter arteri pulmonalis, alat pacu transvena, atau untuk
hemodialisis
Kontraindikasi:
Koagulopati
(relatif harus dipertimbangkan antara resiko dengan kebutuhan untuk akses
intravena sentral)
Komplikasi:
Komplikasi yang
terjadi antara lain laserasi arteri, pneumothoraks, hematoma, emboli kateter,
hidrothoraks, laserasi duktus torakikus, emboli udara, laserasi saraf,
perforasi dari vena kava superior, temponade jantung dan disritmia.
4. Akses Intraosseous
Metode
ini digunakan pada anak usia ≤ 6 tahun untuk mengakses pleksus vena noncollapsible melalui rongga sumsum
tulang untuk sirkulasi sistemik. Pada bayi baru lahir akses dengan intraosseous memberikan terapi lebih
cepat dibandingkan dengan akses umbilikalis. Menurut Pedoman Perawatan Darurat
Kardiovaskular pada tahun 2000, akses intraosseous
dianjurkan pada semua anak setelah 2 kali gagal pada akses intravena atau
selama peredaran darah kolaps. Pada tahun 2005, American Heart Association merekomendasikan akses intraosseous dilakukan jika akses
intravena tidak mudah dan cepat didapat (Scott Moses, 2011).
Indikasi:
1) Kesulitan
mendapatkan akses vena dengan cepat seperti pada kasus luka bakar, kegemukan,
busung dan kejang
2) Kebutuhan
yang cepat akan volume cairan infus seperti pada kasus syok hipovolemik dan
luka bakar
3) Untuk
akses ke sirkulasi sistemik
Kontraindikasi:
Infeksi
pada daerah yang akan digunakan untuk akses, luka bakar pada lokasi tersebut,
fraktur ipsilateral ekstremitas, osteogenesis
imperfect, osteopenia, dan osteopetrosis.
Komplikasi:
1) Infeksi
seperti silulitis dan osmeolitis
2) Ekstravasasi
darah dan Sindrom kompartemen dari ekstravasasi
3) Patah
tulang karena penekanan yang berlebihan
4) Resiko
embolus lemak paru
DAFTAR
PUSTAKA
Ee
Tein Tey et al. 2011. Intraosseous Access.
Medscape Reference: Drug Diseases and Procedure. Diakses 21 Juli 2012. http://emedicine.medscape.com/article/80431-overview#a01
Herbst
CA. 1978. Indications, Management, and
Complications or Percutaneus Subclavian Catheter. Arch Surg 113:1421
Layton,
M. 1996. Prosedur Kedaruratan:
Jastremski, Michael. S. Alih bahasa: Andri Hartono. Editor: Monica Ester.
Jakarta: EGC
Mariani,
P. 1996. Prosedur Kedaruratan:
Jastremski, Michael. S. Alih bahasa: Andri Hartono. Editor: Monica Ester.
Jakarta: EGC
Moses,
S. 2011. Intravena Access. Family
Practice Notebook. LLC. Published 27 November 2011. Diakses 21 Juli 2012. http://www.fpnotebook.com/
Potter
& Perry. 2005. Buku Saku: Ketrampilan
& Prosedur Dasar. Edisi 5. Jakarta: EGC
Ramzi.
2009. Akses Intravena dan Cairan
Intraoperatif. Bagian Anestesiologi PKSC.
Sanford
TJ. 1985. Internal Jugular Vein
Cannulation Versus Subclavian Vein Cannulation: An Ansethesiologist’s View: The
Right Internal Jugular Vein. J Clin Monit 1:58-61
Smeltzer
& Suzzane. 2001. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Vol. 1. Alih
bahasa: Agung Waluyo et al. Jakarta: EGC
Society
for Vascular Surgery. 2009. Venous Access.
Published 4 september 2009. Diakses 21 Juli 2012. http://www.vascularweb.org/vascularhealth/Pages/venous-access.aspx
Swanson
RS et al. 1984. Emergency Intravenous
Access Through the Vemoral Vein. Ann Emerg Med 244:51
Terndrup,
T. 1996. Prosedur Kedaruratan:
Jastremski, Michael. S. Alih bahasa: Andri Hartono. Editor: Monica Ester.
Jakarta: EGC
Weinstein,
S. 2001. Buku Saku: Terapi Intravena.
Edisi 2. Jakarta: EGC
kalau mau kembangin jualannya boleh join jualan di http://mutubiz.com/tr.php?mc=kk&pc=mn
ReplyDeletenikmati beragam kemudahan berjualan. yuk di intip dulu.