EKSPLORING THE INFORMATION NEEDS OF PATIENTS WHO
HAVE UNDERGONE PCI (PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION)
(TELAAH KASUS DENGAN JURNAL)
DODY SETYAWAN
I.
PENDAHULUAN
CAD
(Coronary Artery Disease) atau sering
kita sebut sebagai SKA (Sindrom Koronaria Akut) merupakan spektrum manifestasi akut dan berat yang
merupakan keadaan kegawatdaruratan
dari koroner akibat ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokard dan aliran darah karena suatu penyempitan
atau penyumbatan arteri koroner oleh proses aterosklerosis sehingga menimbulkan
kondisi iskemi, injuri atau bahkan infark (Dennis & Vinay, 2007). CAD terdiri dari unstable angina, Non ST
Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) dan ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI).
Pada
kasus sebuah Rumah Sakit klien Tn. K (31 tahun) didiagnosa medis CAD STEMI anterior luas
KILLIP I karena pada
hasil EKG tanggal 2/11/2012 di IGD Rumah Sakit tersebut ditemukan adanya ST elevasi di lead I,
avl, V4-V6 dan Q patologis di lead VI-V3 sehingga disebut miokard infark akut
anteroseptal dan high lateral. Karena ada segmen ST elevasi sehingga disebut
juga sebagai STEMI anterior luas. STEMI pada kasus klien tersebut termasuk pada Killip I
karena tidak disertai dengan tanda klinis gagal jantung seperti tidak sesak
napas, tidak oedem, tidak ada kardiomegali (berdasarkan hasil foto thorax tgl
3/11/12) dan tidak hepatomegali.
Berbagai tindakan keperawatan dan tindakan
kolaboratif medis telah dilakukan untuk mengurangi nyeri dada sebelah kiri yang
dikeluhkan klien, mempertahankan cardiac
output dan mencegah adanya perluasan infark. Pain management yang sudah dilakukan antara lain dengan teknik
relaksasi imaging disertai napas dalam terkontrol, membatasi aktivitas klien dan
menganjurkan aktivitas bertahap. Sedangkan tindakan kolaboratif untuk
mempertahankan cardiac output tetap
baik dan mencegah perluasan infark maka diberikan terapi farmakologis seperti
aspirin 1x81 mg dan clopidogrel 1x75 mg yang berfungsi sebagai anti agregesi
platelet untuk mencegah thrombosis koroner, arixtra yang digunakan sebagai
antikoagulan, bisoprolol yang merupakan beta
blocker yang diberikan pada kondisi Left
Ventricle Systole Dysfunction yang fungsinya untuk mengurangi kebutuhan
oksigen miokard, menurunkan tekanan darah dan mencegah perluasan infark,
captopril juga diberikan sebagai ACE
inhibitor yang dapat menurunkan afterload
ventrikel kiri sehingga mengurangi tekanan darah dan mempertahankan cardiac output, dan simvastatin untuk
menurunkan kadar trigliserida dan menaikkan kadar HDL
Tindakan
reperfusi koroner telah direncanakan untuk klien Tn. K supaya perfusi koroner
kembali membaik. Tindakan reperfusi yang akan dilakukan adalah dengan PCI (Percutaneous Coronary Intervention) (Overbaugh,
2009). Tindakan ini merupakan pengalaman pertama bagi klien dan klien merasa
cemas karena belum pernah mengetahui apa itu tentang PCI sebelumnya. Klien
merasa cemas karena tidak tahu PCI itu seperti apa, bagaimana prosedurnya,
tingkat kesakitannya saat dilakukan PCI dan apa efek samping dilakukannya PCI.
Hal inilah yang menjadi fokus fenomena yang akan dibahas dalam paper Evidence Based Practice (EBP) ini,
karena jika kecemasan klien terus berlanjut dan tidak segera ditangani akan
menyebabkan perubahan hemodinamik yang nantinya akan terjadi penundaan untuk
dilakukannya PCI.
Tindakan
yang sudah dilakukan untuk mengurangi kecemasan pada klien Tn. K ini adalah
memberikan atau menyampaikan informasi yang dibutuhkan klien seperti menjawab
pertanyaan-pertanyaan diatas yang diutarakan oleh klien. Persiapan psikologis
klien sebelum dilakukannya tindakan PCI merupakan hal yang penting untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan atau komplikasi yang terjadi saat
proses dilakukannya PCI. Persiapan psikologis yang bisa dilakukan selain dengan
social support juga bisa dilakukan
dengan pemberian informasi awal sebelum dilakukannya tindakan PCI (early education for pre PCI). Oleh
karena itu paper EBP ini berfokus pada informasi-informasi apa yang dibutuhkan
klien yang menjalani PCI yang nantinya bermanfaat untuk mengurangi kecemasan
klien yang akan menjalani PCI.
II.
ANALISIS
JURNAL
PCI
(Percutaneous Coronary Intervention)
yaitu tindakan yang dilakukan dengan penyuntikan bahan kontras ke dalam arteri
koroner yang digunakan untuk menentukan lokasi, luas, dan keparahan sumbatan
dalam arteri koroner. Kemudian jika sudah ditemukan sumbatan maka akan
dipasangkan stein supaya koroner bebas dari sumbatan dan perfusi dapat kembali
baik. Tindakan ini sebagai alternative popular saat ini yang mempunyai tingkat
tindakan invasive yang lebih rendah dari CABG, proses recovery yang cepat,
mengurangi tingkat resiko dan dapat lebih awal untuk kembali beraktivitas
seperti semula. Tetapi karena tindakan ini merupakan tindakan segera dan
penting maka tim medis sering melupakan informed
concern dan pemberian informasi yang terkait sebelum, selama dan setelah
PCI dan ini memungkinkan klien merasa cemas. Secara alami prosedur PCI akan
menghasilkan kecemasan bagi klien baik kecemasan selama prosedur tindakan atau
kecemasan kemungkinan komplikasi setelah tindakan. Kecemasan tersebut akan
terasa lebih berat pada klien yang baru akan menjalani prosedur PCI ini untuk
yang pertama kalinya
Hal
inilah yang mendasari peneliti dalam jurnal dengan judul diatas untuk melakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengeksplorasi informasi apa saja yang dibutuhkan oleh klien
yang akan menjalani prosedur PCI yang pertama kalinya. Metode yang digunakan
oleh peneliti adalah penelitian kualitatif interpretative dengan jumlah sampel
10 partisipan (2 perempuan dan 8 laki-laki) yang berumur antara 37-79 tahun
dengan kriteria inklusi: partsipant merupakan klien yang menjalani PCI untuk
pertama kalinya, sedang menjalani PCI, dan bersedia untuk di follow up 2 minggu
setelah discharge dari Rumah Sakit. Pengumpulan data dilakukan dengan face to face interview semi struktur
menggunakan audio taped dan catatan.
Penelitian ini juga sudah mendapatkan persetujuan etik dari University Human Research Ethics Committee
and the Hospital Research Ethics Committee dan hospital cardiologist.
Hasil
dari penelitian dalam jurnal ini dikategorikan kedalam 4 tema yaitu: kejadian
yang mengarah ke nyeri dada, informasi sebelumnya, tentang prosedur dan gaya
hidup. Pada kategori pertama yaitu pada kejadian yang mengarah pada nyeri dada,
beberapa partisipan mengatakan bahwa itu terjadi karena dampak dari gangguan
pencernaan, aktivitas yang berlebihan dan treatment. Kategori kedua tentang
informasi sebelumnya, dijelaskan bahwa mereka mendapatkan informasi yang
terbatas dari dokter, secara verbal sudah dijelaskan oleh dokter tetapi materi
secara tertulis sangat sedikit sekali. Kategori ketiga tentang prosedur dimana hasil
jurnal ini dijelaskan bahwa mereka beranggapan prosedur PCI ini sederhana
dengan alasan menggunakan anestesi lokal, waktunya sebentar, tidak menimbulkan
scars yang luas, memerlukan waktu rawat inap yang relative singkat, nyerinya
minimal dan stresnya minimal. Sedangkan pada kategori ketiga tentang life style dikatakan bahwa mereka merasa
keterbatasan dalam pemahaman dan kemampuan untuk memulai tingkatan aktivitas
dan kehidupan yang normal kembali setelah dari Rumah Sakit termasuk didalamnya
terkait informasi tentang resiko perdarahan atau bengkak yang kemungkinan akan
terjadi, pengaturan nutrisi dan pengaturan pengobatannya selama di rumah.
Dari
hasil tersebut, peneliti dalam jurnal tersebut menyampaikan bahwa pre educational dan post educational pada klien yang
menjalani PCI untuk pertama kalinya sangat penting diberikan karena dapat
mengurangi tingkat kecemasan dan ketakutan klien akan prosedur tersebut. Informasi
yang dibutuhkan klien sebelum menjalani PCI antara lain makna dan tujuan dari
tindakan PCI tersebut, indikasi, prosedur dan kemungkinan komplikasi dari
tindakan PCI. Penyampaian informasi post
procedural juga penting untuk disampaikan pada klien yang akan menjalani
PCI yang pertama kali seperti pengobatan lanjutan di rumah setelah PCI,
pengembalian aktivitas post PCI, identifikasi komplikasi dan management seperti
managemen nutrisinya, gaya hidupnya serta akses yang mungkin bisa digunakan untuk
pengobatan medis selama di rumah. Penyampaian informasi tersebut tidak hanya
secara verbal melainkan secara tertulis juga perlu dilakukan supaya klien lebih
mudah mengingat dan memahami informasi yang diberikan
Pemberian
informasi tersebut baik informasi yang terkait sebelum dilakukannya tindakan
PCI, selama dilakukan tindakan dan setelah dilakukan tindakan pada fase
rehabilitasi di rumah sangat penting untuk mengurangi dan menurunkan kecemasan
klien yang akan menjalani PCI yang pertama kalinya. Jika kecemasan tersebut
tidak ditangani, akan berpengaruh pada kesiapan klien untuk menjalani prosedur
tersebut dan kemungkinan bisa terjadi penundaan tindakan yang nantinya
berakibat terhadap perluasan infark miokard. Karena dengan adanya perasaan
cemas dan takut tersebut akan memicu saraf simpatis untuk hiperaktivitas. Saraf
simpatis ini akan menstimulus medulla adrenal melepaskan katekolamin (epineprin
dan norpineprin) yang salah satunya bisa menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
ke jantung. Hal ini akan mempengaruhi kontraksi jantung, kemampuan konstraksi
jantung jadi menurun sehingga aliran darah ke jaringan berkurang termasuk paru
sehingga untuk mencukupi kebutuhan oksigen maka tubuh melakukan kompensasi
dengan menaikkan frekuensi pernapasan. Selain itu untuk mencukupi pasokan
kebutuhan oksigen tubuh juga terjadi peningkatan heart rate sebagai bentuk kompensasinya (Sole, et al, 2009).
Perubahan-perubahan hemodinamik tersebut akan mempengaruhi dalam proses PCI.
Metode pencarian jurnal ini adalah
dengan menggunakan Google search engine
dengan kata kunci early education,
Percutaneous Coronary Intervention, dan Myocardial
infarction.
III.
PEMBAHASAN
PCI
digunakan untuk terapi reperfusi pada klien yang mengalami miokard infark
karena oklusi pada koroner. Oklusi ini disebabkan karena adanya aterosklerosis
pada klien. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian aterosklerosis, seperti
halnya pada kasus Tn. K ini mempunyai riwayat merokok ½ bungkus per hari selama
15 tahun, minum kopi 4 gelas per hari dan hal ini akan memicu tingginya kadar trigliserida dan
menurunkan kadar kolesterol HDL. Trigliserida merupakan lemak darah yang berada
pada lapisan kedua LDL yang menempel pada pembuluh darah dan menyebabkan
penimbunan lemak yang nantinya akan berlanjut menjadi aterosklerosis. Hal ini
dibuktikan dengan hasil lab tgl 2/11/12 yang menyebutkan bahwa kadar
trigliserida klien tersebut 375 mg/dL (H) dan HDL 21 mg/dL (L). Plak aterosklerosis
rentan terhadap terjadinya ruptur karena inti lipid besar, fibrous
cups tipis, dan plak penuh dengan aktivitas sel-sel inflamasi seperti
limfosit T dan lain sebagainya sehingga akan mengeluarkan zat vasoaktif
(kolagen, inti lipid, makrofag dan faktor jaringan) ke dalam aliran darah,
merangsang agregasi dan adesi trombosit serta pembentukan fibrin, membentuk
trombus atau proses trombosis (Depkes RI, 2006). Thrombus yang terbentuk
tersebut akan menyebabkan oklusi koroner total yang menetap dan jika tidak
dikompensasi oleh kolateral maka keseluruhan lapisan miokard mengalami nekrosis
(Q-wave infarction) sehingga dikenal juga dengan STEMI. Trombus yang
terbentuk bersifat stabil dan persisten yang menyebabkan perfusi
miokard terhenti secara tiba-tiba yang berlangsung lebih dari 1 jam dan
menyebabkan nekrosis miokard transmural. Oleh karena itu perlu dilakukan
tindakan PCI dengan segera supaya tidak terjadi perluasan infark.
Persiapan
psikologis klien sebelum dilakukan PCI merupakan hal penting yang harus
diperhatikan oleh perawat. Klien Tn. K ini baru pertama kalinya akan menjalani
prosedur PCI sehingga klien mengalami kecemasan. Kecemasan klien yang
berlebihan dan tidak ditangani akan berakibat pada hemodinamik yang tidak
stabil yang nantinya akan berpengaruh pada penundaan tindakan yang berakibat
kemungkinan terjadinya perluasan infark.
Saat
Tn. K diindikasikan oleh tim medis untuk dilakukan tindakan PCI, Tn. K pada kasus ini hanya
mendapatkan penjelasan secara verbal dan singkat dari dokter tersebut terkait
prosedur singkatnya. Keluarga pun yang pada waktu itu istrinya yang mewakili juga
tidak diberikan penjelasan yang detail terkait PCI. Tim medis hanya mengatakan
Tn. K akan dilakukan PCI yang nantinya akan dipasang sejenis cincin (stein)
pada pembuluh darah jantungnya. Hal ini tidak sesuai dengan yang
direkomendasikan dari jurnal judul diatas yang diambil bahwa dalam jurnal dikatakan
informasi yang diberikan harus detail baik terkait pre educational sebelum tindakan PCI, prosedur PCI nya dan bahkan
hal-hal yang harus diperhatikan setelah post
PCI dan post educational untuk rehabilitasi
di rumah. Penyampaian informasipun seharusnya tidak hanya secara verbal saja
tetapi harus didukung dengan adanya informasi tertulis supaya klien lebih mudah
memahami, karena jika hanya secara verbal saja dan tidak detail justru kemungkinan
akan menimbulkan ketidakpahaman bahkan bisa salah pengertian. Ketidakpahaman
ini nantinya akan menyebabkan kecemasan klien menjadi meningkat. Hal ini juga
terjadi pada klien Tn. K, bahwa setelah diberikan penjelasan singkat dari tim
medis, Tn. K masih mengeluh cemas karena masih kurangnya informasi terkait PCI
tersebut.
Disini
peran perawat adalah mempersiapkan psikologis klien dengan mengurangi kecemasan
klien yang diakibatkan karena kurangnya informasi terkait PCI tersebut. Perawat
akan mengidentifikasi sejauh mana pemahaman klien terhadap tindakan PCI yang
sudah diberikan penjelasan oleh tim medis sebelumnya. Dari hasil identifikasi
tersebut, perawat akan memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh
klien dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari klien supaya klien memahami dan
mengerti tentang tindakan PCI tersebut baik persiapan pemahaman dan psikologis
sebelum dilakukan PCI, saat dilakukan PCI dan setelah dilakukan PCI termasuk
pengaturan gaya hidupnya dirumah untuk rehabilitasi. Jadi seorang perawat harus
memahami bahwa waktu penyampaian informasi dan kuantitas serta kualitas
informasi sangatlah penting. Penyampaian informasi yang tidak tepat akan
membuat ketidakpahaman klien. Perawat seharusnya dalam menyampaikan informasi
juga memastikan bahwa klien memahami dan menyadari tentang informasi yang
disampaikan seperti makna, tujuan, indikasi dan kontraindikasi pengobatan
setelah pulang post PCI. Menurut
hasil literature review dari Genz
yang dikutip oleh Barbara Leeper (2004) dikatakan bahwa klien perlu membutuhkan
informasi terkait PCI antara lain outcome dari prosedur PCI, anatomy dan
fisiologi jantung terkait prosedur PCI, faktor-faktor resiko terjadinya
komplikasi seperti perdarahan dan hematoma, perubahan gaya hidup yang harus
diterapkan di rumah dan pengobatan yang harus dijalani di rumah.
Pemberian
informasi yang lengkap, detail secara verbal dan tertulis inilah yang
diharapkan meningkatkan pemahaman klien terhadap tindakan PCI yang nantinya
dapat mempersiapkan psikologis klien dengan mengurangi tingkat kecemasan klien.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Tooth et al yang juga dikutip oleh
Barbara Leeper (2004) tentang pengaruh precoronary
angioplasty education dan konseling post
prosedur terhadap pengetahuan dan status psikologis klien menunjukkan bahwa
klien yang mendapatkan pendidikan dan konseling terkait PCI tersebut terjadi
peningkatan pengetahuan dan penurunan tingkat kecemasan.
IV.
SIMPULAN
DAN SARAN
A.
Simpulan
Tindakan Percutaneous Coronary Intervention (PCI) merupakan salah satu tindakan
reperfusi koroner supaya tidak terjadi perluasan infark miokard. Banyak hal
yang harus dipersiapkan oleh klien yang akan menjalani prosedur PCI ini antara
lain secara fisik klien harus siap, hemodinamik stabil, secara biaya juga siap
karena mengingat biaya PCI yang tergolong mahal, dan persiapan psikologisnya.
Persiapan psikologis klien bisa dilakukan dengan mengurangi kecemasan klien
akibat kurangnya informasi terkait PCI tersebut sehingga peran perawat adalah
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh klien seperti menjelaskan secara
verbal dan tertulis terkait tujuan dilakukan PCI, prosedurnya, kemungkinan
komplikasi, pengobatan selama di rumah dan pengaturan gaya hidup setelah post
PCI.
B.
Saran
Diharapkan kedepannya dapat
dilakukan pengidentifikasian terhadap tim medis dan perawat Rumah Sakit terkait sejauh mana peran mereka dalam menerapkan early educational pada klien yang akan menjalani prosedur PCI.
DAFTAR PUSTAKA
Corones, Katina and Coyer, Fiona M. and Theobald, Karen A. 2009.
Exploring The Information Needs Of
Patients Who Have Undergone PCI. British Journal of Cardiac Nursing,
4(3). p. 123.
Dennis, B.,
& Vinay, K. 2007. Jantung. Alih Bahasa: Hartanto
Huriawati, Darminiah Nurwani, Wulandari Nanda,
2007. Buku Ajar Patologi; Robbins (Edisi 7), Jakarta: EGC.
Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner Fokus Sindrom
Koroner Akut. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Ditjen Bina
kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Leeper,
B. 2004. Nursing Outcomes Percutaneous
Coronary Intervention. Journal of Cardiovascular Nursing Vol. 19, No, 5, pp
345-353: Lippincott Williams & Wilkins, Inc.
Overbaugh,
K. J. 2009. Acute Coronary Syndrome, American Journal Nursing, 109 (5), 42 –
52.
Sole, M. L.,
Klein, D. D., & Moseley, M. J. 2009. Introduction to Critical Care Nursing
(5 ed.). Missouri: Saunders Elsevier.
NUMPANG SHARE:
Berita gembira untuk para pengguna android, saat ini android menyediakan aplikasi whaff di google play. Apakah aplikasi Whaff rewards tersebut? aplikasi tersebut adalah aplikasi yang dapat memberikan recehan dollar bagi pengguna aplikasi terserbut. Kenapa tidak..ketika kita menginstal aplikasi tersebut aja dengan login dan memasukan kode kunci untuk start aplikasi kita sudah mendapatkan 0.30$. Recehan dollar akan kita dapat kembali jika kita mendownload dan menginstal games atau aplikasi yang tersedia di whaff tersebut dengan besaran yang diperoleh sekitar 0.05$. semakin banyak mendownload aplikasi dan memainkan aplikasi yang disediakan di whaff tersebut, recehan dollar akan semakin terkumpul. Dollar tersebut dapat diuangkan melalui sistem Paypal. Proses penguangan menggunakan paypal sangat mudah, bisa anda cari di internet. Cara mendownload dan menginstal aplikasi whaff adalah sebagai berikut:
1.Klik Play Store
2.Search Whaff Reward
3.Download
4.Login Via Facebook
5.Setelah Login Akan Di Suruh Masukin Kode, Masukin kode BS75512 Maka Akan Mendapatkan Bonus 0.30$
6.Download Applikasi Yang Tersedia Di Whaff, Setiap Aplikasi Dihargai "$" Berbeda Beda
7.Kumpulkan MINIMAL PAYOUT 10$ baru bisa diuangkan lewat paypal
2.Search Whaff Reward
3.Download
4.Login Via Facebook
5.Setelah Login Akan Di Suruh Masukin Kode, Masukin kode BS75512 Maka Akan Mendapatkan Bonus 0.30$
6.Download Applikasi Yang Tersedia Di Whaff, Setiap Aplikasi Dihargai "$" Berbeda Beda
7.Kumpulkan MINIMAL PAYOUT 10$ baru bisa diuangkan lewat paypal
Cobalah tidak akan merugi
Mantap mas Dody, Lanjutkan!
ReplyDeleteHahaha....makasih banyak kunjungannya pak bro...ni masih belajar ngeblog pak...hahaha
ReplyDeleteTukeran link blog yah mas... www.ruslanpinrang.blogspot.com/
ReplyDelete